Mendorong Komunikasi Risiko Menghadapi Bencana
Pendiri NAGARU, Dian Agustine Nuriman, dalam penelitiannya menemukan tiga hal kebaruan yang patut menjadi perhatian pemerintah dan stakeholder. #Infotempo
Dian Agustine Nuriman, pendiri NAGARU Communication, menyatakan pentingnya kolaborasi komunikasi risiko antara pemerintah dan stakeholder dalam menghadapi bencana alam. Negara ini dikenal rawan terhadap bencana.
Kolaborasi dalam komunikasi risiko ini diharapkan mampu mencegah jatuhnya korban jiwa. “Sudah seharusnya pemerintah dan stakeholder berkolaborasi untuk menghadapi bencana alam, termasuk ancaman tsunami, dengan melaksanakan komunikasi risiko yang terintegrasi,” ujarnya, Rabu, 2 November 2022.
Dian mengatakan hal tersebut terkait dengan disertasi berjudul “Model Komunikasi Risiko dalam Menghadapi Bencana Alam Tsunami melalui Stakeholder Engagement (Kasus Tsunami Selat Sunda 2018 di Umang Beach Club Private Island Resort Hotel)” yang disampaikannya dalam sidang Promosi Doktor Ilmu Komunikasi di Sahid Sudirman Residence, Universitas Sahid Jakarta.
Sebagai CEO Umang Beach Club Private Resort Hotel, Dian menemukan tiga kebaruan (novelties). Pertama, model komunikasi risiko tsunami TRICOTSE (Tsunami Risk Communication Through Stakeholder Engagement). Di dalamnya melibatkan delapan stakeholders dan memiliki enam unsur, yaitu kolaborasi komunikasi pemangku kepentingan terpadu, pengelolaan pesan, media dan aktifitas komunikasi, pemangku kepentingan, perubahan perilaku, dan pengurangan risiko bencana.
Dua, penelitian Dian menemukan ciri dan kriteria komunikasi risiko yang merupakan pengembangan dari komunikasi efektif. Ketiga, Dian mengolah kembali posisi komunikasi risiko bencana pada Disaster Management Cycle untuk dapat memahami kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan yang bersifat komunikasi risiko dan komunikasi krisis di saat terjadi bencana.
Dian berharap pemerintah dan stakeholder dapat berkolaborasi dalam menghadapi bencana tsunami. “Tsunami sudah menjadi ancaman yang sangat potensial di negeri kita. Untuk itu perlu dibangun model komunikasi efektif sebagai bentuk mitigasi terhadap risiko,” katanya.
Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS), Boy Kelana Subroto, mengapresiasi riset yang dikembangkan oleh Dian. Ia sepakat bahwa Indonesia membutuhkan strategi komunikasi efektif dan kolaboratif untuk merespons kebencanaan.
“Sebagai negara yang rawan bencana, rasanya riset yang dilakukan oleh Dian ini tak hanya berharga buat dunia akademik tapi menjadi masukan penting buat dunia ilmu komunikasi, khususnya perkembangan humas ke depan,” kata Boy.