maaf email atau password anda salah


Kementerian Perdagangan

Menteri Zulkifli: Neraca Perdagangan Surplus 29 Bulan Berturut-turut

Surplus perdagangan selama September 2022 disumbang nonmigas sebesar US$ 7,09 miliar. #Infotempo

arsip tempo : 171416978527.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, pada misi dagang ke Qatar.. tempo : 171416978527.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan capaian surplus neraca perdagangan September 2022 sebesar US$ 4,99 miliar menunjukkan kemampuan ekonomi Indonesia bertahan di tengah berbagai krisis. Surplus perdagangan bulan lalu disumbang nonmigas sebesar US$ 7,09 miliar dan defisit perdagangan migas sebesar US$ 2,10 miliar.

“Surplus perdagangan bulan September 2022 ini melanjutkan tren surplus secara beruntun sejak bulan Mei 2020. Indonesia berhasil mempertahankan rekor surplus perdagangan selama 29 bulan berturut-turut,” ujar Zulkifli.

Dia mengatakan surplus perdagangan US$ 4,99 miliar ini dicatatkan di tengah tekanan kondisi perekonomian global. “Seperti lonjakan inflasi di sejumlah negara, konflik Rusia–Ukraina, pengetatan kondisi keuangan di sebagian besar wilayah dan pandemi Covid-19 yang belum pulih,” tuturnya.

Srplus perdagangan Indonesia pada September 2022 didorong surplus dagang dengan beberapa negara mitra dagang. Filipina menjadi negara mitra dagang yang menyumbangkan surplus terbesar dengan nilai US$ 1,13 miliar. Kemudian, India sebesar US$ 1,07 miliar dan Amerika Serikat (AS) US$ 1,07 miliar.

Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari–September 2022 surplus US$ 39,87 miliar. Surplus ditopang nonmigas US$ 58,75 miliar serta defisit migas sebesar US$ 18,89 miliar. Angka tersebut jauh melebihi capaian surplus perdagangan 2021 sebesar US$ 35,33 Miliar.

“Meskipun harga komoditas cenderung melandai, permintaan global melemah dan terdapat ancaman resesi pada 2023, Indonesia diperkirakan masih dapat menikmati surplus neraca perdagangan di tahun ini,” kata Zulkifli.

Ekspor September Melemah

Pada September, total ekspor mencapai US$ 24,80 miliar atau turun 10,99 persen dibanding Agustus 2022 (MoM). Hal ini mengikuti pola penurunan bulanan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Ekspor tersebut didorong oleh penurunan ekspor nonmigas sebesar 10,31 persen MoM dan ekspor migas yang turun 21,41 persen secara bulanan.

Namun dibandingkan periode sama tahun lalu, ekspor September 2022 meningkat sebesar 20,28 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekspor tinggi ini didorong adanya kenaikan signifikan ekspor migas sebesar 41,80 persen dan ekspor nonmigas yang tumbuh 19,26 persen YoY.

Penurunan nilai ekspor pada bulan lalu disebabkan penurunan permintaan dan harga komoditas di pasar global, serta turunnya ekspor produk unggulan Indonesia. Beberapa produk utama ekspor nonmigas yang mengalami kontraksi pada September dibanding Agustus 2022 (MoM), antara lain lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) turun 31,91 persen; tembaga dan barang daripadanya (HS 74) turun 31,05 persen; pakaian dan aksesorinya (rajutan) (hs 61) turun 30,75 persen; timah dan barang daripadanya (hs 80) turun 25,33 persen; serta pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) (HS 62) turun 18,18 persen.

Di sisi lain, beberapa produk utama ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan tertinggi pada September 2022 (MoM), yakni bijih logam, terak, dan abu (HS 26) naik 29,07 persen; kendaraan dan bagiannya (HS 87) naik 4,79 persen; pulp dari kayu (HS 47) naik 3,84 persen; ampas/sisa industri makanan (HS 23) naik 2,23 persen; dan plastik dan barang dari plastik (HS 39) naik 1,37 persen.

“Angka ekspor kendaraan dan bagiannya (HS 87) di September 2022 merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah. Adapun negara utama yang menjadi tujuan ekspor Kendaraan dan Bagiannya adalah Filipina, Vietnam dan Thailand,” kata Zulkifli.

Dia menambahkan potensi ekspor kendaraan dan bagiannya dapat dijadikan sumber utama penguatan ekspor di tengah penurunan harga komoditas. “Menjadi transformasi ekspor ke sektor manufaktur,” ujarnya.

Zulkifli mengatakan Tiongkok, AS, dan Jepang masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada September 2022 dengan nilai ekspor nonmigas US$ 10,37 miliar. Angka ini berkontribusi 44,17 persen terhadap ekspor nonmigas nasional.

Beberapa pasar utama tujuan ekspor nonmigas Indonesia yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada September 2022 (MoM) adalah Banglades dengan kenaikan 39,22 persen; diikuti Polandia naik 30,83 persen; Spanyol naik 20,00 persen; Jerman naik 15,86 persen; dan Filipina naik 5,50 persen.

Di antara sepuluh negara utama tujuan ekspor nonmigas Indonesia pada September 2022, hanya Filipina yang mengalami peningkatan secara bulanan (MoM). Kenaikan ekspor ke negara tetangga ini didukung ekspor kendaraan dan bagiannya (HS 87) naik 15,80 persen MoM dan bijih logam, terak, dan abu (HS 26) yang nilainya cukup tinggi.

Total ekspor selama periode Januari–September 2022 tercatat mencapai US$ 219,35 miliar atau meningkat sebesar 33,49 persen dibanding periode tahun sebelumnya. Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh penguatan ekspor sektor nonmigas yang naik sebesar 33,21 persen menjadi US$ 207,19 miliar dan ekspor sektor migas yang naik 38,56 persen menjadi sebesar 12,16 miliar secara tahunan.

“Kementerian Perdagangan optimis untuk terus mendorong peningkatan ekspor pada tiga bulan terakhir sehingga ekspor nonmigas tahun ini diharapkan dapat mencatat rekor tertinggi,” kata Zulkifli.

Impor Bulan September 2022 Turun Dibanding Agustus 2022

Total impor Indonesia September 2022 mencapai nilai US$ 19,81 miliar, turun 10,58 persen dibanding Agustus 2022 (MoM). Namun meningkat 22,01 persen dibanding September tahun lalu (YoY). “Penurunan kinerja impor pada bulan September 2022 dipicu oleh menurunnya impor nonmigas sebesar 11,21 persen MoM dan penurunan impor migas turun 7,44 persen MoM,” ujar Zulkifli.

Dia mengungkapkan penurunan imporSeptember lalu dibanding bulan sebelumnya terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang impor. Penurunan terdalam dialami oleh impor barang konsumsi yang nilainya turun 14,13 persen MoM, diikuti bahan baku/penolong yang turun 11,07 persen MoM dan barang modal yang turun 6,39 persen MoM.

Penurunan impor di September ini diduga akibat terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang membuat impor menjadi semakin mahal. Selain itu, penurunan impor turut disebabkan oleh menurunnya konsumsi domestik sebagaimana tecermin dalam prakiraan Indeks Penjualan Riil (IPR) Bank Indonesia yang terkontraksi 0,9 persen secara bulanan dan pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang melemah menjadi 124,7 pada September 2022.

Barang konsumsi yang menurun signifikan antara lain daging hewan (HS 02) turun 19,56 persen dan susu, mentega, dan telur (HS 04) turun 33,30 persen. Sedangkan untuk barang modal yang impornya turun adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS 85) turun 11,45 persen dan mesin/peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84) turun 6,65 persen.

Adapun bahan baku/penolong yang turun adalah garam, belerang, batu dan semen (HS 25) turun 41,03 persen; pupuk (HS 31) turun 38,64 persen; besi dan baja (HS 72) turun 25,57 persen; aluminium dan barang daripadanya (HS 76) turun 24,06 persen; bahan bakar mineral (HS 27) turun 20,84 persen; serta plastik dan barang dari plastik (HS 39) turun 16,72 persen.

Secara kumulatif, total impor pada periode Januari– September 2022 mencapai US$ 179,49 miliar, naik 28,93 persen dari Januari–September 2021 (YoY). Pertumbuhan impor tersebut didorong oleh naiknya impor nonmigas sebesar 21,68 persen dan melonjaknya impor migas sebesar 80,21 persen secara tahunan.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 26 April 2024

  • 25 April 2024

  • 24 April 2024

  • 23 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan