maaf email atau password anda salah


Kominfo

Kolaborasi Literasi Mempercepat Transformasi Digital

Platform media sosial dapat digunakan untuk mengedukasi masyarakat dengan konten-konten pengetahuan. Kolaborasi agar masyarakat tidak tertinggal di era digital. #Infotempo

arsip tempo : 171413877884.

Webinar Kreativitas Perempuan di Dunia Digital, Selasa, 11 Oktober 2022.. tempo : 171413877884.

Tabu. Kata itu sering tersemat ketika membicarakan seputar alat reproduksi, apalagi melalui dunia digital. Isu kesehatan reproduksi membawa bidan yang juga approved fitness educator dan Co-Founder @bersamadhara, Azani Fitria, mengedukasi masyarakat dengan hal-hal yang sebelumnya dianggap masyarakat tabu.

“Bertahun-tahun angka kematian ibu tinggi. Entah kenapa sulit untuk bisa improve. Setelah dicari akarnya ternyata perempuan, terutama di grass root, sulit mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan perempuan,” kata Azani menjadi pembicara pada webinar “Kreativitas Perempuan di Dunia Digital”, melalui aplikasi Zoom, YouTube Siberkreasi dan YouTube Tempo Media, Selasa, 11 Oktober 2022.

Azani menuturkan banyak perempuan yang tidak paham tentang alat reproduksi. “Kesehatan perempuan itu penting, karena dari sanalah bermula,” ujarnya.

Dia menggunakan platform media sosial untuk mengedukasi masyarakat. Pilihan media sosial karena aplikasi tersebut paling efektif memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada perempuan, laki-laki, baik yang sudah maupun belum menikah. “Media sosial juga dekat dengan anak muda,” ucapnya.

Menurut Azani, edukasi kesehatan reproduksi juga perlu diberikan kepada anak-anak untuk meminimalisir tindakan pelecehan yang sering terjadi. Meteri yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia. “Yang penting dapat

membedakan mana edukasi dan tidak senonoh. Agar ke depannya tidak lagi dianggap tabu,” ujarnya.

Dalam edukasi, kata dia, diperlukan orang-orang yang berkompetensi untuk menyampaikan kesehatan reproduksi itu. Digitalisasi informasi seperti saat ini memungkinkan semua orang menjadi siapa saja, apa saja, dan siapapun menjadi bisa berbicara.

“Dalam kesehatan reproduksi perempuan ini, idealnya disampaikan oleh orang yang mempunyai kompetensi. Sehingga memahami apa saja idealnya yang bisa dibagikan secara digital dan membuat kesalahpahaman lebih kecil,” tutur Azani.

Masyarakat diharapkan dapat memilah konten-konten yang sesuai dan tidak sesuai. Dia menyarankan publik melihat dan mendengarkan konten-konten yang disampaikan pihak berkompeten.

Azani mengatakan konten atau informasi tentang literasi kesehatan reproduksi perempuan di internet sangat banyak. Banyaknya informasi justru membuat sebagian orang bingung untuk mengikutinya. “Di situlah perlu orang-orang yang bisa memandu. Seperti Siberkreasi, event-event seperti ini banyak membantu orang memilah mana yang diperlukan dan tidak dari banyaknya informasi,” ujarnya.

Dia memberikan tips agar bisa memilah informasi. Pertama jangan takut untuk mengeksplor. Jangan menutup pikiran pada satu keilmuan, namun eksplor dengan segala hal menarik. Setelah itu pilih yang sesuai dengan kapasitas dan background.

Azani juga meminta tidak takut memulai.  “Jangan takut mulai, banyak overthinking, otak sudah berpikir kreatif tapi tidak memulai, tidak taking action.  Jadi mulai saja,” ujarnya.

Menurut dia, lebih banyak melakukan improvisasi menjadi semakin baik. “Perempuan bisa terus berkontribusi meskipun dari rumah di era digital ini, kita masih bisa terhubung tanpa meninggalkan peran sebagai ibu.”

Terdapat beberapa tips dalam membuat konten di media sosial. Pertama, kata Azani, gunakan bahasa yang mudah. Kemudian jangan buat complicated dan panjang-panjang. Susun kata yang mudah dipahami dan singkat. Setelah itu bisa kombinasikan konten sesuai dengan apa yang ingin disampaikan.

Dia menambahkan jangan takut memberikan kontribusi di platform digital. Berikan impact kepada diri sendiri, orang lain dan keluarga. “Sembari menjalankan peran sebagai ibu. Mengapa tidak berkontribusi lebih melalui ruang digital,” ucapnya.

Wakil Ketua Siberkreasi, Mira Sahid, mengatakan, kegiatan ini sebagai langkah awal Siberkreasi dan Kementerian Komunikasi dan Informatika mempercepat literasi digital. “Mempercepatnya dengan memberikan kontribusi oleh semua pihak. Siberkreasi turut mendorong masyarakat Indonesia bisa menghasilkan konten-konten yang jauh lebih positif,” kata dia.

Menurut Mira, modul Siberkreasi mengacu kepada empat pilar, yaitu kecakapan digital, budaya digital, etika digital dan keamanan digital. Kolaborasi merupakan salah satu dalam cara untuk memperbanyak penetrasi internet.

“Setelah masyakarat aware, mengerti, mereka kemudian paham. Dengan paham itu maka bisa mendukung transformasi digital baik secara individu maupun kelompok, secara bersamaan menuju lebih baik,” ungkap Mira.

Dia mengatakan teknologi memudahkan untuk berpartisipasi, berkolaborasi atau bertransaksi di ruang digital. “Tetapi harus dipahami, media sosial adalah jembatan kecil untuk menafsir siapa diri kita. Mari rawat jejak digital untuk sesuatu yang lebih baik. Jadikan media sosial memberi berkah bukan musibah,” ucapnya.

Adapun Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan pandemi Covid-19 mempercepat interaksi dan beragam kegiatan kreatif di ruang digital. Teknologi digital kini sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat di transformasi digital.

Menurut situs We Are Social jumlah pengguna internet Indonesia sebanyak 204,7 juta orang pada awal 2022. Angka ini bertambah 21 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut Semuel, pengguna internet akan  terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, banyaknya pengguna internet Indonesia berdampak kepada risiko kejahatan dan penipuan, seperti penipuan online, hoaks, cyberbullying dan konten-konten negatif lainnya.

Menurut Semuel, peningkatan penggunaan teknologi ini perlu dibantu dengan kapasitas literasi digital yang mumpuni. “Agar masyarakat bisa memanfaatkan teknologi digital dengan produktif, bijak, dan tepat guna,” kata dia. 

Kementerian bersama gerakan nasional literasi digital, Siberkreasi, mitra dan jejaringnya hadir untuk memberikan pelatihan literasi digital kepada masyarakat. Literasi diberikan dengan berbasis empat pilar.

Semuel mengatakan peningkatan literasi digital masyarakat adalah pekerjaan besar. Menurut dia, Kementerian tidak bekerja sendiri. “Diperlukan kolaborasi yang baik agar masyarakat tidak ada yang tertinggal dalam proses percepatan transformasi digital ini. Prinsipnya adalah nobody leave behind atau tidak ada yang tertinggal,” ucapnya.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 26 April 2024

  • 25 April 2024

  • 24 April 2024

  • 23 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan