Kurikulum Merdeka sebagai Opsi Mengatasi Krisis Pembelajaran
Kurikulum Merdeka selain lebih sederhana dan mendalam, juga fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. #Infotempo
NASIONAL – Dampak pandemi Covid-19 yang membuat krisis pembelajaran kian parah adalah hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran. Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar yang diluncurkan 11 Februari 2022, diharapkan menjadi jawaban untuk mengatasi krisis pembelajaran tersebut. Dalam pemulihan pembelajaran yang berlangsung di berbagai daerah di Indonesia ini pada prinsipnya sekolah diberikan kebebasan untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kesiapan masing-masing. “Yakni, Kurikulum 2013 secara penuh, Kurikulum Darurat atau kurikulum 2013 yang disederhanakan, serta Kurikulum Merdeka,” ujar Nadiem.
Kurikulum Merdeka selain lebih sederhana dan mendalam, juga fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, dan menyenangkan. Sesuai namanya Kurikulum Merdeka, bagi peserta didik tidak ada program peminatan di SMA. Peserta didik memilih mata pelajaran sesuai dengan minat, bakat dan aspirasinya. Guru pun akan mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik. Sedangkan sekolah, memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
Suasana belajar mengajar yang tentu lebih nyaman ini juga dirasakan oleh para guru. Joko Prasetyo, guru di SMP Negeri 2 Temanggung, Jawa Tengah mengatakan,“Dahulu saat mengajar guru terbelenggu dengan kriteria kelulusan minimal (KKM), sedangkan di Kurikulum Merdeka guru sangat menghargai proses dan pencapaian siswa dalam belajar. Guru lebih fleksibel untuk berkreasi dalam mengajar semaksimal mungkin.”
Stevani Anggia Putri, guru di SD Negeri 005 Sekupang Kota Batam juga merasakan perubahan yang sangat terasa di sekolahnya. Melalui Kurikulum Merdeka dia lebih berkesempatan mengetahui minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. “Asesmen pembelajaran cukup efektif untuk membantu saya memetakan kebutuhan siswa. Sebagai guru saya dapat menyusun metode serta strategi pembelajaran yang sesuai minat dan profil siswa. Ditambah dengan pembelajaran kolaboratif berbentuk proyek yang bertujuan untuk mengembangkan Profil Pelajar Pancasila melalui pengalaman belajar,” ucap Anggia menjelaskan.
Dari kenyataan di lapangan, bisa disimpulkan ada tiga keunggulan yang bisa diberikan oleh Kurikulum Merdeka ini. Pertama, lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran melalui kegiatan proyek yang memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila. Kedua, dukungan penerapan Kurikulum Merdeka untuk guru, kepala sekolah, dan Dinas Pendidikan. Berupa penyediaan perangkat ajar seperti buku, teks dan bahan ajar pendukung. Pelatihan dan penyediaan sumber belajar guru, kepala sekolah, dan pemerintah daerah. Termasuk, jaminan jam mengajar dan tunjangan profesi guru. Ketiga, tersedianya tiga pilihan yang bisa diputuskan oleh satuan pendidikan tentang implementasi Kurikulum Merdeka pada Tahun Ajaran 2022/2023.
Nadiem mengingatkan,”Kunci keberhasilan sebuah perubahan kurikulum adalah kalau kepala sekolah dan guru-gurunya memilih untuk melakukan perubahan tersebut.” Tidak ada transformasi proses pembelajaran kalau kepala sekolah dan guru-gurunya merasa terpaksa. Satuan pendidikan dapat memilih untuk mengimplementasikan kurikulum berdasarkan kesiapan masing-masing. Dengan Merdeka Belajar, tidak akan ada pemaksaan penerapan (Kurikulum Merdeka) ini selama dua tahun ke depan,” ucap Nadiem tegas. (*)