maaf email atau password anda salah


Mayapada Hospital

Deteksi Dini Kanker Usus Besar

Kanker usus besar umumnya tidak bergejala, karena itu banyak pasien yang datang sudah stadium lanjut.

arsip tempo : 171412017433.

Ilustrasi sakit karena buang air besar.. tempo : 171412017433.

Berdasarkan data WHO tahun 2020, kanker usus besar adalah kanker terbanyak ke-4 di Indonesia, setelah kanker payudara, serviks, dan kanker paru. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi, Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Prof. Dr. Abdul Aziz Rani, Sp.PD-KGEH, mengatakan kanker usus besar umumnya tidak bergejala pada stadium awal sehingga seringkali pasien datang sudah pada stadium lanjut.

"Itulah sebabnya deteksi dini kanker usus besar sangat penting terutama jika Anda memiliki faktor risiko." Kata dia.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterology dan Hepatology, Mayapada Hospital Tangerang, dr. Hendra Nurjadin, Sp.PD, KGEH, mengatakan, deteksi dini kanker usus besar pada individu tanpa keluhan dapat dimulai pada usia 50 tahun keatas, jika tidak ada riwayat keluarga dengan kanker usus. Namun, jika ada riwayat keluarga dengan kanker usus besar, maka deteksi dini dapat dimulai pada usia 40 tahun keatas.

Hendra menjelaskan, saat ini ada yang disebut Endoskopi Kapsul (Capsule Endoscopy) yaitu prosedur untuk mengambil gambar saluran pencernaan dengan cara menelan kamera nirkabel kecil yang berada di dalam kapsul seukuran vitamin yang biasa diminum. Saat kapsul berjalan melalui saluran pencernaan, kamera mengambil ribuan gambar yang ditransmisikan ke perekam yang dikenakan di ikat pinggang.

"Endoskopi kapsul membantu dokter melihat bagian dalam saluran pencernaan mulai dari kerongkongan, lambung, usus halus sampai usus besar, termasuk area yang tidak mudah dijangkau dengan prosedur endoskopi konvensional," kata Hendra.

Adapun, kolonoskopi adalah pemeriksaan usus besar dengan alat endoskopi yang berbentuk seperti selang dengan kamera di ujungnya yang dimasukan ke dalam usus besar melalui lubang dubur. Pemeriksaan ini paling sensitif untuk mendeteksi adanya kelainan, seperti polip atau benjolan kecil pada usus besar.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi-Hepatologi, Mayapada Hospital Kuningan, dr. Kaka Renaldi, Sp.PD, KGEH, mengatakan, pemeriksaan kolonoskopi adalah gold standard untuk pemeriksaan skrining kanker usus besar karena kemampuannya untuk melihat seluruh usus besar dan mendeteksi serta menghilangkan polip selama prosedur yang sama berlangsung. "Ini adalah tes yang paling cocok untuk individu yang memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga atau kerabat dekat yang sudah menderita kanker usus besar," kata Kaka.

Faktor risiko yang perlu melakukan deteksi dini serta pemantauan rutin, yakni memiliki orang tua, saudara kandung, atau kerabat dekat dengan riwayat kanker usus besar (faktor genetik), pernah terdiagnosa polip pada usus besar, pernah menjalani terapi radiasi pada area perut atau pelvis; gaya hidup tidak sehat seperti merokok, pola makan tidak sehat, kurang olahraga, dan konsumsi alkohol berlebih; diabetes, dan obesitas.

Polip ini umumnya ada di usus besar selama bertahun-tahun sebelum menjadi kanker kolorektal. Kanker kolorektal atau kanker usus besar-rektum terkadang didiagnosis pada orang yang telah mengabaikan pendarahan selama bertahun-tahun karena mereka menganggap itu dari wasir.

Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif, Mayapada Hospital Bogor, dr. Sjaiful Bachri, SpB-KBD, mengatakan, inilah sebabnya apabila alami pendarahan dubur harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan penyebabnya. "Bila polip ditemukan, polip dapat diangkat dari usus besar, sehingga mencegah perkembangan menjadi kanker," ujarnya. Kemudian, jika kanker kolorektal didiagnosis lebih awal, seringkali dapat diobati.

"Jika kanker kolorektal telah didiagnosis sejak dini alih-alih wasir, maka kanker usus besar dapat diobati dengan operasi kolorektal baik secara operasi terbuka (laparotomi) maupun bedah minimal invasif laparoskopi disesuaikan dengan lokasi dan stadium kanker usus besar," kata Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif, Mayapada Hospital Tangerang, dr. Taufik Budi Satrio, Sp.B (K)BD.

Penentuan jenis tindakan pengobatan tentunya disesuaikan dengan stadium kanker, apakah sudah ada penyebaran, dan melihat kondisi pasien secara keseluruhan. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif, Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Aditomo Widarso, Sp.B-KBD, mengatakan, jika masih dalam stadium awal, tindakan kuratif (pengobatan) masih dapat dilakukan, baik dengan pembedahan usus untuk membuang kanker, kemoterapi, radioterapi, atau kombinasi terapi tersebut.

"Dengan deteksi dini dan penemuan kanker usus besar dalam kondisi stadium awal, akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan untuk sembuh," ujar Aditomo Widarso.

Gastrohepatologi Center Mayapada Hospital adalah layanan komprehensif bagi pasien dewasa dan anak-anak untuk penyakit gangguan pencernaan mulai dari kerongkongan, lambung, usus kecil dan usus besar, serta termasuk kasus yang melibatkan gangguan pankreas, hati dan kantung empedu. Layanan mulai dari deteksi dini, diagnosis, dan tindakan pembedahan dengan didukung dengan peralatan terkini, fasilitas penunjang yang lengkap serta tim dokter subspesialis yang ahli dan kompeten di bidangnya antara lain Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterohepatologi, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif, Dokter Spesialis Anak Konsulltan Gastrohepatologi, serta Dokter Spesialis Bedah Anak.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 26 April 2024

  • 25 April 2024

  • 24 April 2024

  • 23 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan