maaf email atau password anda salah


Kementan

Kedelai Grobogan Bersaing dengan Kedelai Impor

Sejak 2010 diterapkan sistem methuk atau jemput yang merupakan teknologi pengembangan kedelai yang diadopsi dari kearifan lokal petani.

arsip tempo : 173077707313.

Salah satu petani kedelai di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.. tempo : 173077707313.

Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, adalah salah satu wilayah di Indonesia penghasil kedelai. Kualitas kedelai yang dihasilkan petani di daerah ini bersaing dengan kedelai impor. Namun, luas areal tanaman komoditas tersebut belum mampu memenuhi permintaan pasar.

"Mayoritas petani bersedia menanam tanaman kedelai ketika harga jualnya tinggi seperti sekarang ini, sehingga banyak petani yang berminat menanam karena luas areal tanamnya saat ini mencapai 1.100 hektare atau lebih luas dibandingkan sebelumnya," kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan Sunanto, Kamis, 24 Februari 2022.

Sunanto mencatat selama beberapa tahun terakhir ada kenaikan luas areal tanam tanaman kedelai. Jika pada 2019 tercatat hanya 6.000 hektare dan bertambah menjadi 15.000 hektare pada 2021.

Dia mengatakan kualitas kedelai Grobogan juga bersaing dengan kedelai impor. Setiap 100 biji kedelai impor bobotnya hanya 16 gram. Sedangkan kedelai asal daerahnya dengan jumlah yang sama bobotnya mencapai 18 gram.

Di beberapa wilayah di Grobogan ada petani yang fokus menanam tanaman kedelai. Salah satunya di beberapa desa di Kecamatan Pulokulon. Baik musim tanam pertama maupun kedua dan ketiga, petani setempat menanam kedelai. Sementara luas lahan di Kecamatan Pulokulon yang berpotensi ditanami komoditas kedelai mencapai 2.000 hektare.

Adapun petani di wilayah lain, kata Sunanto, menanam kedelai ketika harga jualnya tinggi. Sehingga wajar penanaman kedelai terkadang menurun karena kalah bersaing dengan komoditas tanaman pangan lain pada saat harga turun.

Upaya pemerintah memberikan dukungan kepada petani kedelai cukup besar. Dukungan mulai dari benih unggul hingga bantuan pupuk. Benih kedelai saat ini juga sudah berbeda dengan benih sebelumnya karena dari sisi ukuran juga lebih besar dibandingkan kedelai impor, sehingga bisa menghasilkan sari yang lebih banyak.

Dalam rangka memenuhi permintaan pasar, sejak 2010 diterapkan sistem methuk atau jemput yang merupakan teknologi pengembangan kedelai yang diadopsi dari kearifan lokal petani di Grobogan. Sistem ini merupakan pengembangan kedelai yang disinergikan dengan pengembangan jagung melalui model tanam tumpang gilir antara tanaman jagung dan kedelai.

Penanaman kedelai dilakukan saat jagung berumur 80-90 hari, sehingga ketika jagung panen tanaman kedelai sudah berumur sekitar satu bulan. Selang 45 hari kemudian kedelai bisa dipanen.

Melalui sistem ini juga akan meningkatkan kesuburan tanah karena tanaman kedelai akan meningkatkan bakteri rhizobium di dalam tanah, sehingga meningkatkan kandungan nitrogen (unsur N) dan menambah produksi jagung. Sistem methuk juga berpotensi menghemat penggunaan pupuk. 

Konten Eksklusif Lainnya

  • 5 November 2024

  • 4 November 2024

  • 3 November 2024

  • 2 November 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan