maaf email atau password anda salah


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Program Percepat Internasionalisasi Perguruan Tinggi Vokasi

Kelas internasional mendorong lulusan vokasi berkontribusi nyata untuk Indonesia dan dunia.

arsip tempo : 173077847823.

Penandatanganan konsorsium program internasional sebagai upaya percepatan internasionalisasi di lingkup perguruan tinggi vokasi (PTV), Bali, 4 November 2021.. tempo : 173077847823.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, mengatakan tujuan besar Kampus Merdeka Vokasi adalah melahirkan lulusan perguruan tinggi vokasi yang siap untuk meneruskan studi, bekerja atau berwirausaha. Ketiga hal tersebut tentu tidak terbatas dalam skala nasional saja, melainkan juga regional bahkan internasional.

“Hari ini akan menjadi hari yang bersejarah dalam upaya kami melompat ke masa depan dengan vokasi. Saya yakin bahwa dengan hadirnya kelas internasional perguruan tinggi vokasi, akan ada banyak lulusan vokasi yang memberikan kontribusi nyata untuk Indonesia dan dunia,” kata Nadiem pada saat memberikan sambutan pada Konsorsium Program Internasional Perguruan Tinggi Vokasi di Indonesia atau The Inaguration of The Consortium of International Programme at Vocational Higher Education Institutions in Indonesia, di Bali, Kamis, 4 November 2021.

Forum berlangsung secara hibrida di Padma Resort Legian, Kuta, Bali, Rabu-Jumat, 3—5 November 2021.

Nadiem mengatakan PTV di Indonesia harus menjadi tempat lahirnya inovasi yang membawa Indonesia maju ke panggung dunia. Vokasi harus semakin kuat, dan terus menguatkan Indonesia. “Satu hal yang perlu diingat bersama adalah untuk menjadi lulusan yang tangguh dan siap berkompetisi di panggung global, mahasiswa vokasi harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang unggul, serta karakter yang kuat dan matang,” kata dia.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, mengatakan, jika sebuah negara ingin menjadi pemain aktif dalam pergaulan global maka harus mempersiapkan generasi. Untuk itu perguruan tinggi harus memperkuat inovasi, jejaring dan kolaborasi institusi baik di dalam maupun di luar negeri.

Menurut Wikan, melalui internasionalisasi pendidikan tinggi diharapkan  akan terjadi peningkatan kapasitas melalui pertukaran budaya, pengembangan ilmu pengetahuan lintas batas negara dan persahabatan antarnegara bermuara pada keuntungan ekonomi untuk kehidupan lebih baik. “Dengan demikian, dunia akademik di masa mendatang akan semakin mengglobal dan kompetisi yang terjadi semakin ketat karena terjadinya persaingan lintas batas geografis,” ujarnya.

Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kemendikbudristek

Dia mengatakan internasionalisasi adalah sebuah gejala dan proses yang tidak bisa dihindari. Sadar atau tidak, interaksi antarbangsa adalah sebuah keniscayaan. Interdependensi suatu bangsa terhadap bangsa lain semakin tidak terhindarkan.

“Situasi ini dapat merupakan berita baik jika suatu negara siap untuk berperan, berkontribusi dan menuai manfaat,” kata Wikan. Namun, dia menambahkan, “hal ini dapat juga menjadi bencana jika suatu bangsa tidak siap dan hanya akan menjadi objek dalam interaksi global tersebut.”

Dalam konsorsium, PTV bersepakat mengembangkan program internasional di perguruan tinggi vokasi di Indonesia pada 2022. Terkait hal itu, untuk memajukan pendidikan vokasi, Merdeka Belajar harus menjadi batu loncatan untuk menciptakan lebih banyak transformasi dalam memajukan pendidikan vokasi.

Penyelenggaraan kegiatan internasionalisasi berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yakni pasal 50. Internasionalisasi juga tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3/P/2021 tentang Indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi di Indonesia.

Dalam peraturan tersebut dinyatakan, bahwa kerja sama internasional pendidikan tinggi adalah proses interaksi dalam pengintegrasian dimensi internasional dalam kegiatan akademik dan profesionalisme pendidikan tinggi oleh lembaga dari negara lain dalam hal ini perguruan tinggi asing yang melibatkan perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS) di dalam negeri.

Menurut Wikan, kerja sama internasionalisasi untuk mendorong perguruan tinggi berperan dalam pergaulan internasional tanpa kehilangan nilai-nilai Indonesia. “Maka dari itu, kerja sama internasional harus didasarkan pada prinsip kesetaraan dan saling menghormati dengan mempromosikan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata dia.

Kementerian Pendidikan menyadari pentingnya internasionalisasi, terutama bagi PTV. Maka proses internasionalisasi ini senantiasa didorong dengan berbagai cara yang terukur dan terarah. Salah satu program ungulan yang sejalan dengan prinsip internasionalisasi adalah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Beny Bandanadjaja, menjelaskan MBKM memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk magang/praktik kerja, pertukaran pelajar dan melakukan penelitian. Selain itu mahasiswa dapat melakukan kajian mandiri, melakukan proyek kemanusiaan, asistensi mengajar di satuan pendidikan, kuliah kerja nyata dan kegiatan kewirausahaan.

Khusus di lingkup PTV, Ditjen Pendidikan Vokasi memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan internasionalisasi kampus. “Ditjen membentuk Tim Pengembang Program Internasional untuk menghasilkan risalah kebijakan (policy brief) tentang pelaksanaan program internasional pada lingkup PTV,” kata Beny.

Selain itu, Beny menambahkan pengembangan dengan mengadakan serangkaian Focus Group Discussion (FGD) untuk menggali potensi PTV. “Dan menjajaki serta mendorong kerja sama dengan berbagai pihak termasuk mitra pendidikan tinggi luar negeri, dan industri multinasional,” ujarnya.

Lebih lanjut, untuk merealisasi program internasional yang terangkum dalam risalah kebijakan dan FGD tersebut, dibentuklah Konsorsium Program Internasional untuk percepatan kegiatan internasionalisasi di lingkup PTV. “Dengan konsorsium ini, PTV di Indonesia akan menjadi lebih kuat dan terorganisir dalam membangun sistem pendidikan tinggi vokasi yang lebih kuat, inklusif, adaptif serta saling terhubung secara global,” ucap Beny.

Adapun tujuan umum dari konsorsium ini adalah memperkuat kualitas PTV di Indonesia dan meningkatkan kualitas lulusan yang berdaya saing di tingkat global. Secara khusus, konsorsium bertujuan untuk (1) membangun hubungan resiprokal antara PTV dan mitra PT internasional untuk saling berbagi praktek baik; (2) menggali ide dan melaksanakan kegiatan bersama, misalnya pertukaran pelajar (transnational education), hubungan dengan industri dan kegiatan lainnya melalui kegiatan webinar maupun dialog kebijakan.

Berikutnya, (3) mengembangkan kerja sama dalam program internasional untuk pelaksanaan kampus merdeka, serta kegiatan ilmiah dan mendapatkan pendanaan untuk kolaborasi riset; (4) mendorong kolaborasi dalam mengakses pendanaan untuk kerja sama kemitraan yang mendorong peningkatan kualitas serta program-program perguruan tinggi dan vokasi yang lebih inklusif dan inovatif.

Kemudian, (5) mempertemukan para pengambil kebijakan dan praktisi untuk mendorong kerja sama internasional dalam pendidikan tinggi vokasi, misalnya dengan mengembangkan sistem kualifikasi yang setara juga kesepakatan terkait penjaminan mutu; serta (6) memperkuat sistem pendidikan tinggi vokasi, memungkinkan terjadinya kolaborasi riset, meningkatkan kualitas institusi secara internasional, meningkatkan kualitas lulusan dan mendorong sistem yang lebih inklusif.

Beny berharap, melalui konsorsium terjalin kemitraan perguruan tinggi luar negeri berkolaborasi dengan PTV atau konsorsium PTV Indonesia dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan vokasi. Selain itu, tercapainya kesepakatan atau letter of agreement (LoA) Konsorsium Bersama PTV, Sekolah Vokasi dan Program Pendidikan Vokasi di Indonesia.

Ke depan, lembaga yang ikut berpartisipasi menyetujui untuk (1) menghadiri pertemuan koordinasi dan evaluasi terhadap implementasi program internasional sesuai dengan road map/rencana strategis secara rutin setiap triwulan; (2) mendorong dan mengirim dosen, staf, dan mahasiswa di lembaga masing-masing untuk melakukan kolaborasi antar anggota konsorsium dalam kegiatan program internasional.

Selanjutnya, (3) menyelenggarakan konferensi, seminar atau forum ilmiah yang bersifat internasional tentang berbagai isu terkait pendidikan vokasi; (4) bertukar informasi terkait beasiswa, hibah (grant), dan peluang kerja sama internasional baik perguruan tinggi, industri dan lembaga riset di antara anggota konsorsium; (5) mensinergikan program MBKM di antara anggota konsorsium melalui program internasional; serta (6) mensinergikan kurikulum PTV dengan program internasional dan kebutuhan industri.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 5 November 2024

  • 4 November 2024

  • 3 November 2024

  • 2 November 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan