maaf email atau password anda salah


Kementerian Pertahanan

Konsep Food Estate Perlu Sinergi Antar-Kementerian

Cadangan logistik strategis Kementerian Pertahanan didasari peran pangan sebagai alat strategis dalam pertahanan suatu negara.

arsip tempo : 171416008276.

Ngobrol@Tempo Cadangan Strategis Pangan Untuk Kekuatan Pertahanan INdonesia, Selasa, 28 September 2021.. tempo : 171416008276.

JAKARTA – Keberhasilan konsep food estate bergantung pada sinergi sejumlah kementerian terkait. Termasuk program cadangan logistik strategis tanaman singkong yang saat ini sedang dikerjakan oleh Kementerian Pertahanan.

“Indonesia memerlukan banyak effort untuk menguasai singkong dari hulu ke hilir, dari produksi, teknologi, hingga budayanya,” kata Guru Besar Universitas Jember, Achmad Subagio, dalam diskusi Ngobrol@Tempo bertajuk Cadangan Strategis Pangan untuk Kekuatan Pertahanan Indonesia yang disiarkan secara langsung di channel Youtube Tempodotco, Selasa, 28 September 2021.

Selain Achmad, Guru Besar Institut Pertanian Bogor Iswandi Anas Chaniago dan pengamat pertahanan dan hubungan internasional Ian Montratama hadir sebagai pembicara dalam acara ini. Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan Letnan Jenderal TNI Ida Bagus Purwalaksana tutur memberikan sambutan dalam diskusi.

Program cadangan logistik strategis singkong merupakan bagian dari kebijakan food estate, salah satu Program Strategis Nasional 2020-2024 yang dicanangkan Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan kemandirian pangan. Jokowi menggagas konsep ini untuk menghadapi potensi krisis pangan, terutama di masa pandemi Covid-19.

Achmad Subagio, Guru Besar Universitas Jember

Food estate dipimpin oleh Kementerian Pertanian dan dilaksanakan bersama kementerian-kementerian lain, di antaranya Kementerian Pertahanan. “Jadi Kementerian Pertahanan sifatnya sebagai pendukung. Tidak punya sumber banyak, lahan tidak ada, harus bergantung pada kementerian lain,” kata Achmad.

Saat ini Kementerian Pertahanan RI sedang mengerjakan program Cadangan Logistik Strategis tanaman singkong seluas 30 ribu hektare di Kalimantan Tengah. Program penanaman singkong sebagai cadangan logistik strategis oleh Kementerian Pertahanan ini didasari oleh peran pangan sebagai alat strategis dalam pertahanan suatu negara.

Achmad Subagio menjelaskan saat ini Indonesia memiliki budaya pangan yang homogen. Karenanya, Indonesia memiliki tantangan kebutuhan satu komoditas yang sangat besar, yaitu beras. Untuk menjawab tantangan ini, kebutuhan pangan Indonesia seharusnya dapat dielaborasi ke komoditas lain sehingga budaya pangan negara ini menjadi heterogen. Selain itu, semua wilayah di Indonesia diharapkan dapat menyumbang cadangan pangan.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor Iswandi Anas Chaniago mengatakan sejumlah keunggulan tanam singkong tidak disertai dengan pengetahuan pengelolaan singkong dan pola pikir masyarakat Indonesia yang baik. Menurut dia selama ini singkong seringkali dianggap sebagai makanan orang miskin. “Tidak seharusnya mengaitkan sumber karbohidrat dengan simbol status,” kata tim pakar Masyarakat Singkong Indonesia ini.

Pengamat pertahanan dan hubungan internasional, Ian Montratama, mengatakan selain dari dalam, program cadangan logistik strategis singkong juga memerlukan dukungan dari luar. “Ahli singkong di Indonesia sangat sedikit, karenanya kita bisa mempelajari teknologi penguasaan singkong dari negara lain,” kata Ian.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 26 April 2024

  • 25 April 2024

  • 24 April 2024

  • 23 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan