maaf email atau password anda salah


BPDP KS

Sawit Penopang Ekonomi Nasional di Saat Pandemi

Industri kelapa sawit adalah sektor padat karya yang menyerap 16 juta lapangan kerja dengan harga CPO yang kian membaik di 2021.

arsip tempo : 173077841036.

Diskusi online PSR dan Peningkatan Industri Sawit Nasional, Rabu, 30 Juni 2021.. tempo : 173077841036.

Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) berdampak pada hampir semua sektor bisnis, kecuali sektor perkebunan khususnya industri kelapa sawit. Pasalnya, aktivitas pengelolaan sawit di masa pagebluk secara umum tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sehingga hal ini diharapkan jadi penopang ekonomi nasional.

“Dibuktikan dengan produksi CPO (crude palm oil) antara lain disumbang dari TBS (Tandan Buah Segar) sawit rakyat di tahun 2020 mencapai kurang lebih 51,58 juta ton,” ujar Plh. Direktur Perhimpunan Dana PSR BPDPKS, Kabul Wijayanto, dalam Dialog Industri bertema sawit yang diselenggarakan Tempo Media bertajuk ‘PSR & Peningkatan Industri Sawit Nasional', Rabu, 30 Juni 2021.

Dalam diskusi tersebut narasumber yang hadir diantaranya, Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Raden Pardede, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Kementerian Pertanian Heru Tri Widarto, Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin, Kepala Dinas Perkebunan Sumatra Utara Lies Handayani Siregar, Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono, serta dimoderatori Redaktur Tempo Ali Nur Yasin.

Kabul menambahkan, industri kelapa sawit juga mendapatkan angin segar dengan pergerakan harga minyak sawit mentah yang terus menanjak. Dengan lonjakan yang terjadi, harga komoditas ini sempat menyentuh di atas US$ 1.000 per ton sejak awal 2021 lalu.

"Pada akhir Januari 2021, kenaikan harga juga berdampak positif pada kenaikan tandan buah segar Sawit, sehingga penerimaan di sisi perkebunan rakyat juga meningkat," tuturnya.

Menurut Kabul, harga TBS rata-rata umur 3-25 tahun di tiga provinsi sentra utama sawit, yaitu Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Barat itu kurang lebih Rp 1400-1600 per kilogram. Sedangkan pada 2021 sempat mengalami peningkatan di atas Rp 2.000 per kilogram. Alhasil, dana pungutan ekspor minyak sawit yang dikelola oleh BPDKS pun kian melonjak sampai dua kali lipat akibat kenaikan harga CPO tersebut

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan, paling tidak dalam sebulan dana yang terkumpul dari pungutan ekspor sawit melonjak hingga Rp 3 triliun per bulan, dari biasanya cuma Rp 1,5-2 triliun per bulan.

"Yang pasti setiap bulan paling tidak Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit(BPDPKS) bisa menerima kalau tidak salah Rp 1,5-2 triliun per bulan. Kalau tidak salah, sekarang bisa sampai Rp 3 triliun karena harga sedang tinggi, sehingga tentu saja dengan harga yang tinggi penyerapan pungutan ekspor akan semakin tinggi," tuturnya.

Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Raden Pardede mengatakan, industri kelapa sawit yang menyerap 16 juta lapangan kerja mampu menjamin kesejahteraan pekerja di tengah pandemi.

Menurutnya, Indonesia bisa jadi penentu harga pada komoditas sawit. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir terbesar CPO di dunia. "Indonesia punya posisi price maker karena produsen dan eksportir terbesar, tujuannya bisa atur harga jual dan bisa berdampak positif pada dalam negeri," ucapnya.*

Konten Eksklusif Lainnya

  • 5 November 2024

  • 4 November 2024

  • 3 November 2024

  • 2 November 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan