Mendag: Produk Domestik Harus Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Jakarta – Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan bahwa jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 270 juta jiwa. Dengan potensi pasar begitu besar, dan didukung kondisi sosial dan budaya Nusantara yang kaya maka hal itu akan memberikan dampak luar biasa dalam mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia. Semangat mengembangkan dan belanja produk dalam negeri ini penting untuk terus ditumbuhkan.
“Kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan kemampuan, kekhasan dan kearifan lokal dalam memberikan nilai tambah pengusaha di Indonesia,” kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam Ngobrol@Tempo yang bertajuk “Bangga Dengan Belanja Barang Buatan Indonesia,” Senin, 31 Mei 2021.
Ia menyebut ada dua sektor usaha yang akan digenjot dalam waktu dekat guna menggerakkan perekonomian sekaligus menjadikan produk buatan Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Dua sektor tersebut adalah busana muslim dan makanan halal.
Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan
Pemilihan dua sektor itu bukan tanpa alasan. Menurut Lutfi, potensi pasar halal dari negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mencapai 1,7 miliar penduduk. Dari total jumlah tersebut 53,3 persen adalah generasi muda. Jika ceruk pasar ini dapat dikelola dengan baik dari segi pemasarannya, dipastikan perekonomian Indonesia akan lebih cepat terkerek.
“Ini menjadikan satu rantai bahwa kalau kita bisa menguasai pasar Indonesia, kita juga bisa menguasai pasar halal (muslim). Jadi ini harus kita kerjakan dengan baik,” tuturnya.
Salah satu terobosan penting untuk mendukung perkembangan produk dalam negeri, Mendag Lutfi akan memberikan perlindungan kepada produk dalam negeri terhadap barang impor yang tak sesuai aturan serta merugikan untuk perdagangan domestik. Contoh sebelumnya, banyak produk tekstil asal Negeri Tirai Bambu yang menjiplak produk dalam negeri dan memasarkannya dengan harga murah. Menurutnya, kegiatan ini yang menjadi penyebab hancurnya industri lokal serta merusak tata niaga pasar Indonesia.
“Lewat Kementerian Perdagangan, kami menyiapkan batas-batas atau rambu untuk menjaga perdagangan Indonesia supaya tercipta perdagangan yang adil, dan perdagangan yang beradab, karena kami ingin mendapatkan perdagangan yang bermanfaat baik dari pelaku usaha dan konsumen. Kita harus jaga bersama-sama,” tuturnya.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menambahkan bahwa Kemendag sedang fokus mengembangkan produk dalam negeri yang murni, dari bahan hingga pembuatannya dilakukan di Indonesia. Untuk strategi pengembangannya ada dua yakni, memastikan lapangan usaha, dan akses pasar bagi pelaku usaha domestik terutama bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). “Jadi kita amankan, buatan-buatan dalam negeri yang memang produk UMKM kita pastikan lapangan usaha dikuasai oleh pelaku di dalam negeri,” ujarnya.
Tak kalah pentingnya, kata Oke, bahwa Pemerintah akan memberikan fasilitas pendukung seperti memberikan regulasi, pendampingan, dan pengembangan secara komprehensif. Diharapkan para pelaku usaha produk dalam negeri dapat bersaing dan dapat berkembangan hingga ke pasar luar negeri.
Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation Nurhayati Subakat sepakat dengan pernyataan Kementerian Perdagangan terkait potensi pasar produk domestik dari penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa. Ia menyebut, untuk berkembang di dalam negeri, pelaku UMKM masih memiliki hambatan sehingga perlu peran pemerintah untuk mengatasinya.
Founder dari pemilik merek Wardah ini meminta kepada Pemerintah untuk memberikan dukungan kepada pelaku usaha dalam negeri seperti melakukan pemantauan langsung terkait kesehatan persaingan pasar di lapangan, memberikan pendampingan, hingga kemudahan regulasi dalam perizinan serta mengakses pendanaan di bank. “Kalau bisa itu diatur, ini sangat bagus agar bagaimana jadi raja di negeri sendiri. Potensi UKM itu luar biasa dan untuk program-program yang disampaikan berjalan maka UKM bisa naik kelas,” ujarnya.
Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia Astri Wahyuni mengungkapkan, bahwa di platformnya sendiri terdapat lebih dari 11 juta pelaku usaha yang hampir 100 persen adalah pelaku UMKM. Sebagai pasar digital dalam negeri, ia mempunyai tanggung jawab untuk ikut mendukung pelaku pasar domestik agar dapat berkembang. Tokopedia pun menyiapkan beberapa strategi untuk mendorong pelaku usaha agar mau masuk dalam ekosistem digital. “Kita berikan pembinaan dan pelatihan yang relevan agar mereka bisa memiliki akses dalam mencapai pasar,” ucapnya.
Dengan masuk dalam ekosistem digital, kata Astri, pelaku UMKM akan mempunyai akses pasar yang makin luas, tak hanya terpusat pada daerahnya saja. Manfaat lainnya, memberikan kemudahan dalam mendapatkan akses pendanaan. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi pengembangan usaha para pelaku produk dalam negeri. Sebab, peluang untuk tumbuh dan berkembang dalam ekosistem ekonomi digital di Indonesia masih terbuka sangat lebar. “Ekonomi digital itu baru 5 persen dari total retail di Indonesia, China 30 persen dan Amerika 15 persen, jadi peluang untuk tumbuh masih cukup besar,” ungkap Astri.
Dengan kondisi pandemi Covid-19, Pakar Marketing Yuswohady mengatakan, bahwa empati masyarakat meningkat dibandingkan dengan kondisi normal. Menurutnya, hal ini merupakan momentum yang dapat dikelola untuk saling mendukung bagi usaha dalam negeri yang terdampak agar dapat kembali bangkit. “Jadi pandemi untuk bangkit bersama dengan kemandirian bangsa karena kita 270 juta pasar yang besar, dan kita menggunakan potensi pasar yang besar untuk menggerakan bisnis kita bisa mandiri, bebas ketergantungan produk luar,” tuturnya.
Ketua Unit Kajian Komunikasi Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sosial Politik (LPPSP) FISIP Universitas Indonesia Ummi Salamah mengatakan, guna mendorong produk dalam negeri agar menjadi tuan rumah di negera sendiri harus dilakukan riset mendalam. Hal ini perlu dilakukan guna mengetahui selera konsumen, serta menentukan strategi dan kebijakan yang akan dilakukan guna memuluskan tujuan tersebut.
“Jadi ada jalur yang panjang dari produk diketahui hingga dibeli, agar konsumen loyal bahkan jadi agen berperan mempromosikan produk dalam negeri. Semua tahapan ini perlu ada pengukuran, agar mengetahui kampanye yang efektif dalam mencapai tujuan dan pemasaran,” tuturnya. (*)