Digitalisasi Pendidikan di masa Pandemi
Pandemi yang telah berlangsung lebih dari satu tahun menghadirkan tantangan bagi berbagai sektor, termasuk pendidikan. Saat sekolah ditutup dan belajar masih dilakukan di rumah pemanfaatan berbagai teknologi hadir sebagai solusi.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi kemudian menggulirkan sekian ragam aplikasi yang bisa dimanfaatkan oleh peserta didik dalam pembelajaran daring. Seperti Rumah Belajar, Televisi Edukasi, Suara Edukasi, serta Belajar dari Rumah yang ditayangkan di stasiun televisi.
“Program ini lahir dari pelbagai masukan dari banyak pihak karena kondisi infrastruktur ternyata tidak sama. Sehingga, program ini bisa diakses lewat televisi dan radio. Selain juga Kemendikbud-Ristek menggulirkan program bantuan kuota internet,” kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemendikbud-Ristek, Muhammad Hasan Chabibie, dalam diskusi virtual Ngobrol@tempo bertema Digitalisasi Pendidikan saat Pandemi, Selasa, 25 Mei 2021, yang bisa disaksikan di kanal Youtube Tempo.co, Facebook Live Koran Tempo dan Saluran Digital TV Tempo.
Kegiatan ini dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional serta hari jadi Tempo Media ke-50. Adapun narasumber yang hadir diantaranya, Direktur Telekomunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Aju Widya Sari, Rektor Institut Teknologi Surabaya (ITS), Mochamad Ashari, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Reini Wirahadikusumah, Rektor Universitas Parahyangan (Unpar) Mangadar Situmorang, Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) Dhaniswara K. Harjo dan Najelaa Shihab, Pendidik dan Head of Sekolah.mu.
Diskusi online Kebangkitan Nasional, Perjuangkan Pendidikan untuk Tunas Bangsa, Selasa, 25 Mei 2021.
Dhaniswara K. Harjo mengatakan, digitalisasi pendidikan saat pandemi membawa dampak positif tersendiri, diantaranya memperkuat gotong royong, kebersamaan, berbagi dan peduli. “Antar-dosen dan mahasiswa harus saling percaya. Mahasiswa harus menjaga kepercayaan dosen. Untuk mengecek ini pekerjaan mahasiswa asli atau bukan, ini kan sulit, jadi harus dijaga kepercayaan ini,” ujarnya.
Direktur Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Dwi Larso mengungkapkan bahwa saat ini dia berharap pemerintah memiliki road map untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berintegritas.
“Di tengah pandemi ini tentu tantangannya berat, kami tidak ingin mencetak orang-orang yang hanya berpendidikan tinggi, tapi juga berintegritas. Yang memberikan kemaslahatan bagi sesama. Jadi jangan hanya puas mencetak master, doktor saja,” ucapnya dalam Ngobrol@tempo bertajuk Kebangkitan Nasional, Perjuangkan Pendidikan untuk Tunas Bangsa.
Pendiri Taman Bacaan Pelangi Nila Tanzil memberi catatan pendidikan masa pandemi yang justru mengurangi jam belajar peserta didik yang rata-rata hanya 2 jam. Dia mengkhawatirkan hal ini dapat mengakibatkan learning loss.
“Learning Loss ini jadi didasarkan riset saat liburan musim panas di Amerika dan Eropa selama 2 bulan dan ternyata anak kehilangan keterampilan membaca selama 1 bulan. Nah bagaimana saat Covid-19 ini yang sudah setahun lebih,” ujar Nila.
Dalam diskusi tersebut juga dihadiri Rektor Universtias Tarumanegara (Untar) Agustinus Purna Irawan, Wakil Rektor Bidang Akademik Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Hyronimus Rowa, Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. HAMKA Gunawan Suryoputro.
Tim Info Tempo