JAKARTA – Keamanan vaksin menjadi faktor utama pemerintah dalam program vaksinasi Covid-19. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan menjanjikan vaksin yang aman dan efektif untuk warga negara Indonesia, termasuk soal mutu dan kehalalannya.
Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan akan mengevaluasi data uji klinis yang sedang dilaksanakan untuk membuktikan keamanan dan khasiat vaksin. Proses evaluasi menggunakan standar internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), serta badan kesehatan di Amerika Serikat dan Eropa semisal US FDA dan EMA.
“Badan POM bersama Komite Nasional Penilai Obat, ITAGI, dan juga para pakar melakukan evaluasi untuk mendapatkan hasil keputusan persetujuan penggunaan vaksin,” kata Penny, Rabu lalu.
Corporate Secretary PT Bio Farma Persero, Bambang Heriyanto, mengatakan daerah dengan sebaran virus corona tertinggi menjadi salah satu indikator yang digunakan pemerintah untuk menentukan zona prioritas distribusi vaksin. Sistem pendistribusian vaksin akan dikelola menggunakan dasbor data terintegrasi milik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN).
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan vaksin produksi Sinovac, Cina, tiba di Tanah Air pada 6 Desember lalu. Saat ini, vaksin disimpan di PT Bio Farma di Bandung, Jawa Barat.
Jumlah vaksin yang tiba itu sebanyak 1,2 juta dosis atau setara untuk memvaksin 600 ribu orang. “Kehadiran vaksin ini tentunya merupakan bagian dari komitmen pemerintah dalam upaya penanganan Covid-19 di Indonesia. Ini adalah kolaborasi antara pemerintah, BUMN, dan berbagai pihak lain,” kata Wiku.
Menurut Wiku, vaksin ini merupakan upaya penanganan pandemi dengan menghadirkan kekebalan komunitas atau herd immunity. Agar tercapai tujuan yang dimaksudkan, dibutuhkan sekitar 70 persen populasi yang harus divaksin agar terbentuk kekebalan komunitas dan sangat bergantung pada efektivitas vaksin tersebut.
Wiku mengatakan pemberian vaksin diprioritaskan bagi kelompok yang berisiko tinggi dan rentan tertular Covid-19. Mereka adalah tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga penunjang yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan perilaku memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir tetap harus dilakukan, meskipun sudah ada vaksin. “Sebab, vaksin adalah pencegahan sekunder, sementara upaya pencegahan primer tetap dengan menerapkan 3M,” kata dia.
Menurut Nadia, vaksin bertujuan melindungi masyarakat apabila terjangkit Covid-19. Dengan divaksin, orang yang tertular tidak akan sakit atau bergejala berat.
“Artinya, kemampuan tubuh sudah lebih baik untuk menangani Covid-19,” kata Nadia, yang juga Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes.
Anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Soedjatmiko, menegaskan vaksinasi adalah cara yang paling ampuh mencegah penularan Covid-19. Vaksin juga membantu mempercepat proses penghentian virus, selain penerapan 3M yang masih harus tetap dibiasakan. “Sehingga tujuan vaksinasi ini adalah agar tiap-tiap orang yang divaksinasi akan kebal terhadap Covid-19,” ujarnya.
Dia menjelaskan, semakin banyak orang yang divaksin, akan terjadi kekebalan kelompok dan tertekannya penyebaran virus. “Mau pindah ke A sudah kebal, mati virusnya. Pindah ke B, C, dan seterusnya juga kebal. Akhirnya, virusnya akan terus berkurang. Dengan penularan berkurang, orang sakit berkurang, kehidupan sosial akan pelan-pelan pulih dan ekonomi juga pulih,” kata Soedjatmiko.
YAYUK WIDIYARTI | ALI NUR YASIN
Menunggu Uji Klinis Vaksin Cina