Para sineas indie tak hanya berjuang dalam membuat film karena anggaran terbatas. Mereka juga harus bisa merebut penonton. Selama ini mereka mengandalkan festival film agar filmnya banyak ditonton orang. Dan semua perjuangan itu seolah-olah terbayarkan ketika filmnya diapresiasi dan meraih penghargaan. Sementara itu, mereka pun rajin berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan anak muda demi tumbuhnya generasi baru pegiat dan pembuat film.
Sutradara, Harvan Agustriansyah (kiri) saat syuting film pendek "Pangreh" (2016). Dok.Harvan Agustriansyah. tempo :
173074394556.
Sidharta Tata tak percaya saat film pertamanya berjudul The Messenger (Sang Pembawa Pesan) masuk dalam Official Selection Ganesha Film Festival 2014 di Bandung, Jawa Barat. "Saat itu pengetahuan saya tentang film masih nol. Belum pede. Narasinya masih acak-acakan," kata Tata.
Ia memproduksi film itu dengan kocek dari kantong pribadinya sebesar Rp 15 juta. Meski pesimistis, rekan-rekan Tata di komunitas Kebon Studio Yogyakarta, yang dibangu
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.