Ada sejumlah penyakit yang bisa ditimbulkan oleh stres. Salah satunya autoimun. Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Santo Carolus, Laurentius Aswin Pramono, mengatakan ada kecenderungan autoimun tidak hanya dipicu oleh faktor genetik. "Autoimun tidak hanya dipicu oleh genetik, tapi juga faktor lingkungan. Kalau tidak diobati, seperti lupus, dan bisa berbahaya," kata dia, di Jakarta, Senin lalu.
Sepanjang 2019, autoimun menjadi salah satu penyakit yang menyita perhatian publik. Sejumlah figur publik didiagnosis mengidap autoimun, misalnya penyanyi Ashanty. Ada pula yang meninggal karena mengidap autoimun, seperti Deva Malaihollo, ibu Mikha Tambayong. "Masyarakat masih minim pengetahuan tentang penyebab autoimun," ujar Pramono.
Menurut Pramono, ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab penyakit ini, seperti gaya hidup yang sembarangan. Misalnya, banyak mengkonsumsi makanan berpengawet dan berpenyedap hingga penggunaan kosmetik berbahan kimia. "Awalnya memang penyakit ini genetik, tapi perkembangan zaman dan pola hidup berubah. Autoimun bisa disebabkan oleh banyak faktor."
Selain itu, Pramono menambahkan, faktor lingkungan berpengaruh. Menurut dia, seseorang yang bekerja atau tinggal di daerah dekat pabrik sangat rentan mengalami autoimun. "Paparan zat kimia, entah melalui udara ataupun air, menjadi penyebabnya," kata dia.
Tidak hanya itu, tingkat stres tinggi menjadi faktor pendukung yang tidak bisa diremehkan. Menurut Pramono, saat seseorang stres, hormon dan imunitas tubuh manusia menjadi tidak beraturan. Akibatnya, berbagai masalah kesehatan, termasuk autoimun, bisa diderita. Ia memperkirakan setidaknya 80 persen penyakit muncul karena stres. "Autoimun adalah satu di antaranya. Makanya menjaga stres itu penting."
Autoimun terjadi karena sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat. Dikutip dari laman Siloam Hospitals, penyakit ini berkembang ketika sistem kekebalan tubuh salah dalam menilai sel sehat yang dianggap sebagai sel-sel asing. Akibatnya, tubuh mulai memproduksi antibodi yang menyerang dan merusak sel sehat.
Autoimun umumnya lebih banyak menyerang wanita usia produktif. Penyakit ini berbahaya karena sel jaringan dalam tubuh penderita rusak serta menimbulkan gangguan pada persendian, saraf, kelenjar, dan organ tubuh penting lainnya.
Perintis bidang kedokteran fungsional dan integratif, Frank Lipman, seperti dilansir dalam Medical Daily, mengatakan stres sebenarnya baik untuk kesehatan manusia. "Namun jangan sampai membuat tubuh menderita. Agar stres tidak berkembang menjadi depresi, Anda perlu mengelolanya dengan melakukan kegiatan yang Anda sukai, seperti mendengarkan musik atau berlibur," ujar dia.
Psikiater dari Asosiasi Psikiatri Indonesia wilayah DKI Jakarta, Eva Suryani, mengatakan hal senada. Menurut dia, setiap individu perlu memahami gejala dini stres dan penyebabnya. Setiap orang membutuhkan kemampuan beradaptasi yang baik agar mampu menghadapi kondisi yang tidak sesuai dengan harapan. "Banyak penderita yang tidak menyadari gejala stres dapat berpotensi memicu depresi yang berkelanjutan." SARAH ERVINA | ANTARA | ARKHELAUS WISNU
Kelola Stres Hindari Autoimun