Kehidupan manusia modern kini tak lepas dari media sosial. Banyak orang menghabiskan waktu untuk berselancar di media sosial. Dampak negatif dari penggunaan media sosial pun sudah banyak dibahas dalam berbagai artikel. Penelitian baru dari Fakultas Kesehatan University of York di Kanada menunjukkan soal bagaimana interaksi perempuan muda dengan gambar-gambar online dapat mempengaruhi perasaan mereka tentang tubuh mereka sendiri.
Penelitian itu berjudul "The effects of active social media engagement with peers on body image in young women" yang dipublikasikan dalam jurnal Body Image pada November lalu. Penelitian ini dilakukan oleh profesor di departemen psikologi bernama Jennifer Mills dan mahasiswa program doktoral di Departemen Program Klinis.
Penelitian berfokus pada perempuan muda berusia 18-27 tahun yang menyukai atau mengomentari foto orang lain dan dianggap lebih menarik daripada dirinya. "Hasilnya menunjukkan bahwa perempuan muda ini merasa tidak puas atas tubuh mereka," kata Mills. Ia mengatakan mereka merasa lebih buruk perihal penampilan mereka sendiri setelah melihat halaman media sosial seseorang yang mereka anggap lebih menarik daripada mereka.
Penelitian ini melibatkan 118 mahasiswi S-1 dari beragam latar belakang kelompok etnis. Peserta diminta memberikan informasi mengenai usia, kelompok etnis, dan berbagai keterangan lainnya dalam kuesioner online enam pekan sebelum percobaan. Setiap peserta diberikan formulir dan kuesioner yang membuat mereka harus menggunakan skala tertentu, perihal seberapa puas atau tidak puas mereka dengan penampilan atau citra tubuh mereka.
Para peserta kemudian secara acak dimasukkan ke salah satu dari dua kondisi percobaan. Satu kelompok peserta diminta untuk mengakses akun Facebook dan Instagram miliknya untuk jangka waktu lima menit atau lebih. Lalu mereka menemukan satu rekan yang berusia sama dan dirasa lebih menarik dibanding diri mereka sendiri. Setelah melihat foto, para peserta diminta meninggalkan komentar sesuai dengan isi hati mereka.
Dalam kelompok kontrol, peserta diminta untuk melakukan tugas yang sama, tapi kali ini mereka harus berkomentar pada unggahan foto anggota keluarga yang mereka pikir tidak lebih menarik ketimbang diri mereka sendiri.
Data menunjukkan pandangan peserta tentang penampilan mereka sendiri tidak terpengaruh ketika berinteraksi dengan anggota keluarga mereka. Mills menuturkan, dalam banyak kasus, perempuan muda yang mengunggah foto ke media sosial berharap mendapatkan komentar positif atas apa yang mereka unggah.
Mills menjelaskan, khusus dalam kelompok usia 18-20-an tahun, penampilan dianggap sangat penting. Mereka sangat peduli tentang bagaimana mereka bisa diterima oleh orang lain. Perempuan pada usia tersebut juga merupakan pengguna media sosial yang aktif. "Ketika membandingkan diri kita dengan orang lain, itu berpotensi mempengaruhi penilaian untuk diri kita sendiri."
Membandingkan diri Anda dengan orang lain di media sosial dengan menguntit foto Instagram mereka yang sempurna secara estetika bisa membuat Anda ragu dengan diri sendiri. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Copenhagen menemukan bahwa banyak orang menderita kecemburuan dibanding mereka yang tidak menggunakan situs tersebut.
Penulis When Likes Aren’t Enough, Tim Bono, mengatakan seseorang yang merasa berharga ketika dibandingkan dengan orang lain akan menempatkan kebahagiaannya pada variabel yang berada di luar kendalinya. Semakin sedikit jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengintip profil online orang lain dapat membantu Anda lebih berfokus pada diri sendiri dan meningkatkan rasa percaya diri Anda.
Media sosial bisa sangat bagus untuk melihat kembali kenangan dan menceritakan bagaimana peristiwa masa lalu terjadi. Namun hal itu juga dapat mengubah cara Anda, mengingat peristiwa tertentu dari hidup Anda. Banyak orang merasa bersalah karena menghabiskan terlalu banyak waktu memotret suatu tempat, sementara dia tidak menyerap pengalaman langsung dengan kedua matanya.
Bono menyatakan, jika seseorang mengarahkan semua perhatian untuk menangkap foto terbaik bagi pengikut media sosialnya untuk dikagumi, lebih sedikit yang akan tersedia untuk menikmati aspek lain dari pengalaman secara langsung.
Ia mengungkapkan bahwa terlalu banyak menghabiskan waktu di telepon seluler akan mengurangi aspek lain dari pengalaman. "Bisa merusak kebahagiaan yang bisa dikumpulkan dari mereka (pengalaman)."
Selain itu, kecemasan dan iri hati dari apa yang dilihat di media sosial membuat otak kian waspada, sehingga sulit untuk tidur. Bono mengatakan cahaya dari perangkat seluler yang berjarak hanya beberapa inci dari wajah dapat menekan pelepasan melatonin, hormon yang membantu manusia merasa lelah. SCIENCE DAILY | THE INDEPENDENT | DIKO OKTARA