Lima Penyebab Nilai Tukar Rupiah Melemah terhadap Dolar
Informasi terbaru mengenai penyebab melemahnya nilai tukar rupiah dan dampaknya pada perekonomian Indonesia.
NILAI tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau terus melemah. Nilai tukar rupiah atau kurs per Rabu, 4 Oktober 2023, melemah 54 poin atau 0,35 persen. Kurs beli dolar tercatat menjadi Rp 15.634 per dolar AS, dari sebelumnya Rp 15.580 per dolar AS. Kurs beli adalah kurs yang digunakan saat hendak menukarkan mata uang asing dengan rupiah.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar diperkirakan melemah dalam waktu panjang. Hal itu bisa terjadi karena sejumlah faktor. Berikut ini lima penyebab nilai tukar rupiah melemah.
1. Menguatnya Ekonomi Amerika Serikat
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini disebabkan semakin menguatnya perekonomian Amerika Serikat. Meski demikian, Airlangga menekankan bahwa pergerakan rupiah tidak bisa dilihat hanya secara harian.
“Ya, kan perekonomian Amerika menguat. Kalau kita bicara rupiah, tidak bicara harian,” kata Airlangga saat ditemui seusai acara Rakornas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah 2023 di Jakarta, Selasa, 3 September lalu.
Uang pecahan 100 dolar Amerika di penukaran valuta asing di Jakarta, 4 Oktober 2023. Tempo/Tony Hartawan
2. Ketidakpastian Kondisi Perekonomian Global
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti, menyatakan nilai tukar rupiah terus melemah imbas dari kondisi perekonomian global yang tidak menentu, terutama di Amerika Serikat. Menurut dia, salah satu penyebab ketidakpastian global ini adalah pernyataan yang dikeluarkan oleh anggota dewan gubernur bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).
Hal itulah yang kemudian menjadi pemicu ketidakstabilan ekonomi global sehingga menyebabkan perekonomian domestik ikut bergerak, termasuk pelemahan kurs rupiah terhadap dolar. “Memang di sana itu bebas sekali memberikan pandangan-pandangan. Ini yang akhirnya menimbulkan ketidakpastian dan mempengaruhi perekonomian di sana dan global,” kata Destry, Rabu, 4 Oktober lalu.
3. Paniknya Pasar Akibat Anggota Dewan Gubernur The Fed
Paniknya pasar juga menjadi pemicu melemahnya nilai tukar rupiah hari ini. Adapun paniknya pasar dipicu oleh pernyataan yang dikeluarkan anggota dewan gubernur bank sentral AS. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti, mencontohkan pernyataan anggota Dewan Gubernur The Fed yang memicu paniknya pasar.
Dia mengatakan, beberapa saat lalu, The Fed menyatakan ada kemungkinan untuk terus mempertahankan suku bunga (fed fund rate) tinggi dalam jangka panjang. Padahal sebelumnya The Fed telah menyebutkan kenaikan fed fund rate hanya terjadi pada November 2023.
Hal itu menyebabkan The Fed harus mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lama. November mendatang, fed fund rate diperkirakan kembali naik sebesar 25 basis point. "Gara-gara itu semuanya heboh, panik. Akibatnya, DXY (indeks dolar) naik ke level 107. Lebih parahnya lagi, bond yield-nya naik hampir 4,7 persen. Tertinggi sejak 2007," ujar Destry.
Tempat penukaran mata uang asing di Jakarta, 4 Oktober 2023. Tempo/Tony Hartawan
4. Suku Bunga Tinggi
Ekspektasi pasar akan kebijakan suku bunga tinggi Amerika Serikat juga menjadi pemicu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Dalam beberapa hari terakhir, pejabat Fed memperkirakan bank sentral AS kemungkinan menaikkan suku bunga, setidaknya sekali lagi pada 2023. Kemungkinan bank sentral AS menaikkan suku bunga lebih lanjut setelah mempertahankan suku bunga stabil pada pekan lalu, seiring dengan tetap memperketat sikap kebijakan moneter yang hawkish. Dengan begitu, secara keseluruhan suku bunga pada tahun ini akan tetap lebih tinggi hingga 2024.
5. Situasi Politik
Situasi politik menjelang Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 juga menjadi penyebab melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyatakan, kondisi ini juga pernah terjadi dalam Pemilu 2019. Menurut dia, pelemahan ini hanya akan terjadi sesaat dan akan pulih.
“Dilihat dari gelaran Pemilu 2019, rupiah mengalami pelemahan. Namun pelemahan hanya terjadi sesaat dan pulih kembali setelah pemenang pemilu diumumkan,” ujar Ibrahim dalam keterangan resmi, Rabu, 4 Oktober lalu.