JAKARTA – Pemerintah tengah mengebut penyelesaian berbagai proyek pembangunan bandara baru dan peningkatan fasilitas bandara lama. Menyusul peresmian dua bandara di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur pada pekan lalu, Kepala Bagian Kerja Sama Internasional, Humas, dan Umum Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Budi Prayitno, membenarkan bahwa lembaganya masih mengejar pengoperasian perdana sederet proyek baru.
“Pekan depan sudah terjadwal peresmian Bandara Muara Teweh di Kalimantan Tengah oleh Wakil Presiden,” ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Lewat acara virtual pada Kamis pekan lalu, Presiden Joko Widodo baru membuka Bandara Toraja di Sulawesi Selatan, yang investasi pembangunannya berkisar Rp 800 miliar. Dengan landasan pacu sepanjang 2 kilometer yang dibangun di atas 6 juta meter kubik tanah, bandara anyar itu menjadi alternatif angkutan dari Kabupaten Tana Toraja menuju Makassar, yang durasi tempuh jalan daratnya mencapai 9 jam. Pada hari yang sama, Jokowi diketahui meresmikan Bandara Pantar berkapasitas 35 ribu penumpang per tahun di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, yang dibangun sejak 2014.
Bandara Kuabang, Halmahera Utara, Maluku, 24 Maret 2021. YouTube/Sekretariat Presiden
Tak hanya itu, Jokowi kembali meresmikan Terminal Bandara Kuabang yang bisa menampung 160 ribu penumpang per tahun di Maluku Utara, Rabu lalu. Dia menilai akses penerbangan unggul dari segi kedisiplinan dan ketepatan waktu, sehingga menguntungkan untuk perjalanan masyarakat antardaerah. “Kalau tidak (tepat waktu), akan ditinggal pesawat,” ujarnya. “Membangun kedisiplinan baru, membangun peradaban.”
Tanpa merinci tahap penyelesaian proyek, Kepala Sub-Direktorat Sistem Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bandara Kementerian Perhubungan, Cecep Kurniawan, memastikan pemerintah akan melanjutkan maraton peresmian itu ke Bandara Tebelian di Sintang, Kalimantan Barat, serta Bandara Tambelan di Bintan, Kepulauan Riau.
Menjelang akhir tahun lalu, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Novie Riyanto, mengatakan lembaganya sedang mengeksekusi 10 proyek bandara baru yang dicanangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pemilihan lokasi semua lahan terbang baru itu sudah melalui pertimbangan dan studi yang matang, termasuk perhitungan anggaran yang ketat. “Poin utamanya harus didasari kebutuhan masyarakat dan potensi hasil daerah yang bisa didistribusikan lewat jalur udara,” ucapnya kepada Tempo.
Presiden Joko Widodo meresmikan Bandara Toraja di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, 18 Maret 2021. BPMI Setpres/Laily RE
Dia membenarkan deretan proyek baru itu dikebut agar bisa beroperasi pada periode 2022-2024. Terdapat dua proyek bandara di Sumatera, satu proyek di Jawa, satu di Kalimantan, serta di Sulawesi dan Papua yang kebagian masing-masing tiga proyek. Kementerian pun menaruh empat proyek bandara baru dalam daftar proyek strategis nasional, yaitu Bandara Bali Utara, Bandara Dhoho di Kabupaten Kediri, Bandara Nabire Baru di Papua, serta Bandara Siboru Fakfak di Papua Barat. “Setidaknya kami ingin selesai akhir 2023, pokoknya tak ada penundaan.”
Konsultan sekaligus pengamat penerbangan CommunicAvia, Gerry Soejatman, menyarankan agar green project bandara atau proyek yang dibangun dari nol bisa lebih banyak dikerjakan bersama swasta. Untuk menarik pemodal, proyek harus diupayakan bersifat profit oriented, sekalipun berlokasi di tempat terpencil. “Sudah bukan tugas pemerintah lagi untuk mendanai,” katanya. “Bandara kecil bisa juga menarik bagi swasta, tergantung skema kerja sama yang ditawarkan.”