JAKARTA - Perusahaan layanan urun dana berbasis teknologi (securities crowdfunding/SCF) gencar menghimpun dana untuk mendorong pertumbuhan industri pada 2021. Saat ini terdapat empat perusahaan penyelenggara SCF yang telah mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu PT Santara Daya Inspiratama (Santara), PT Investasi Digital Nusantara (Bizhare), PT Crowddana Teknologi Indonusa (Crowddana), dan PT Numex Teknologi Indonesia (Landx).
Chief Executive Officer Bizhare, Heinrich Vincent, mengungkapkan bahwa perusahaannya siap melakukan inovasi dan meluncurkan terobosan terbaru untuk membantu pendanaan usaha mikro, kecil, dan menengah serta rintisan. “Kami membuka kesempatan yang lebar bagi pemilik bisnis, bukan hanya untuk menerbitkan saham, namun juga obligasi maupun sukuk,” ucapnya, kemarin.
Bizhare juga berencana meluncurkan layanan syariah dan fitur untuk pemilik bisnis yang berkolaborasi dengan berbagai mitra. “Kami juga segera menyiapkan pengembangan aplikasi mobile Bizhare,” kata Vincent. Berdasarkan catatan OJK, hingga akhir Desember 2020 Bizhare telah memperoleh penghimpunan dana sebesar Rp 32 miliar.
Pada 1 Februari lalu, Bizhare telah meluncurkan layanan Pasar Sekunder dengan sistem jual-beli saham yang mirip dengan ekosistem Bursa Efek Indonesia. Melalui layanan tersebut, investor dapat menjual kembali saham bisnis mereka yang telah berjalan selama 1 tahun kepada publik.
Dalam platform Bizhare saat ini terdapat tiga saham bisnis yang dapat dibeli masyarakat melalui Pasar Sekunder, yaitu PT Rindang Kuliner Indonesia (Nasi Kapau by Padang Sederhana Lintau 88), PT Bangka Investasi Digital (Laundry Klin), dan PT Manis Enak Jaya (Lakoe Dessert) yang dapat diperdagangkan hingga 12 Februari 2021.
Layanan binatu Laundry Klin. Dok laundryklin.com
Menurut Vincent, layanan tersebut juga merupakan salah satu exit strategy investor. Selain itu, para penerbit UMKM dapat membeli saham kembali atau buyback melalui pasar sekunder. Ia menjelaskan, Pasar Sekunder dibuka untuk penerbit yang sudah berjalan 1 tahun, terdaftar di Kustodian Sentral Efek Indonesia, dan sesuai dengan hasil keputusan rapat umum pemegang saham penerbit.
“Pasar Sekunder akan dibuka setiap enam bulan sekali dengan masa pembukaan selama 10 hari kerja,” ujarnya.
CEO Santara yang juga Ketua Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia, Reza Avesena, menyebutkan, sebagai kegiatan bisnis yang tergolong baru, pelaku industri harus memperluas sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. “Kami membesarkan pasar bersama-sama, saling berkolaborasi,” ujarnya.
Hingga 31 Desember 2020, Santara telah menghimpun dana sebesar Rp 114 miliar, terbesar dibanding penyelenggara lainnya. Jumlah pemodalnya pun telah mencapai lebih dari 18 ribu. Reza optimistis minat investor untuk masuk ke ekosistem SCF akan semakin tinggi setelah Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan Peraturan OJK Nomor 57 Tahun 2020 tentang Penawaran Efek Melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi Informasi.
GHOIDA RAHMAH