JAKARTA – PT Bio Farma (Persero) berencana memulai produksi vaksin Covid-19 tahap kedua pada 13 Februari 2021. Perusahaan itu akan mengolah 10 juta dosis bahan baku antivirus Sinovac yang tiba di Indonesia kemarin pagi. "Prosesnya diharapkan selesai pada 20 Maret 2021,” ujar Corporate Secretary Bio Farma, Bambang Heriyanto, kemarin.
Saat ini Bio Farma masih menyelesaikan produksi tahap pertama. Pada 12 Januari lalu, perusahaan ini menerima 15 juta dosis bahan baku vaksin dari Sinovac. Targetnya, seluruh proses produksi ini bisa selesai pada 11 Februari mendatang.
Bambang menuturkan vaksin yang diolah sendiri oleh perusahaan diberi merek khusus, yaitu Covid-19 Vaccine. Kemasannya juga dibuat berbeda dengan produk Sinovac yang memiliki nama CoronaVac. Bio Farma mengemas satu vial dengan 10 dosis dan menyimpannya dalam satu boks yang berisi 10 vial.
Cara pengemasan ini dianggap akan lebih efisien. Pasalnya, satu vial CoronaVac diisi hanya satu dosis. Satu boks berisi 10 vial hanya dapat menampung 40 dosis.
Petugas menunjukkan contoh vaksin Covid-19 Sinovac, di Bio Farma Bandung, Jawa Barat, 7 Januari 2021. TEMPO/Prima Mulia
Meski nama dan cara pengemasan vaksin ini berbeda, Bambang memastikan tak ada perbedaan dari segi kualitas. Semua bahan baku yang telah diolah menjadi vaksin wajib melalui serangkaian uji mutu yang ketat. Pengujian dilakukan perusahaan sendiri bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). "BPOM akan mengeluarkan hasil uji dalam bentuk lot release," katanya.
Juru bicara program vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menyatakan vaksin hasil olahan Bio Farma akan digunakan untuk vaksinasi tahap kedua. Targetnya adalah petugas pelayanan publik yang berisiko terjangkit virus corona. Total target penerima vaksin pada tahap kedua ini sebanyak 17,4 juta orang.
Para petugas pelayanan publik akan diimunisasi setelah vaksinasi tahap pertama bagi tenaga kesehatan selesai pada akhir Februari nanti. Nadia menyatakan pemerintah telah menyuntikkan antivirus kepada sekitar 500 ribu tenaga kesehatan dari target 1,5 juta orang. Mereka menerima antivirus CoronaVac yang dikirim pada 6 dan 31 Desember 2020.
Pemerintah menargetkan akan mengimunisasi 181,5 juta orang untuk mencapai kekebalan kelompok di Indonesia. Kebutuhan vaksin akan dipenuhi dari beberapa produsen. Selain 3 juta dosis vaksin jadi dari Sinovac, Bio Farma mengantongi komitmen pengadaan 142 juta dosis bahan baku vaksin dari perusahaan asal Cina tersebut. Perusahaan juga menjalin kontrak dengan Novavax dan AstraZeneca untuk penyediaan masing-masing 50 juta dosis vaksin. Kedua perusahaan tersebut memberikan opsi total 130 juta dosis tambahan.
Kebutuhan lainnya akan dipenuhi oleh GAVI, aliansi negara-negara dunia yang berkomitmen menyediakan vaksin Covid-19. Indonesia akan mendapat jatah 13,7 juta hingga 23,1 juta dosis.
Vaksin AstraZeneca gratis rencananya dikirim secara bertahap pada tahun ini. Pengiriman pertama akan dilakukan pada kuartal I sebanyak 25-35 persen dari alokasi dosis yang diberikan. Sedangkan sisanya akan dikirim pada kuartal II 2021.
Petugas Pos Indonesia mengeluarkan kotak yang berisi vaksin Sinovac untuk dimasukkan ke mesin pendingin di Gudang UPTD Farmasi Kabupaten Bekasi, Tambun, Jawa Barat, 27 Januari 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Siti Nadia menyatakan pengiriman itu akan dilakukan setelah vaksin AstraZeneca mendapatkan emergency use listing dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta validasi dari kelompok Independent Allocation of Vaccines Task Force (AIVG). Jumlah dosis yang dikirim akan disesuaikan dengan ketersediaan suplai dari manufaktur.
Sementara itu, penggunaan vaksin AstraZeneca dari GAVI di dalam negeri baru dapat dilakukan setelah BPOM menerbitkan izin. BPOM telah memulai proses penerbitan izin untuk vaksin yang bisa digunakan pada orang berusia di atas 60 tahun ini sejak bulan lalu. Pemerintah tengah berupaya menambah jumlah dosis vaksin yang didapatkan dari GAVI.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya menyatakan Indonesia berpotensi mendapatkan vaksin gratis hingga 108 juta dosis dari lembaga tersebut. "Kalau kita dapat negosiasi sampai 100 juta dosis dari GAVI, opsi tambahan dari pengadaan vaksin yang berbayar tidak kita ambil," katanya.
VINDRY FLORENTIN