BANDUNG - Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir, mengatakan distribusi vaksin tahap kedua berjalan pekan ini. Menurut dia, distribusi 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 tahap pertama dalam bentuk jadi yang diterima dari Sinovac sudah berjalan di 34 provinsi dan tahap kedua sebanyak 1,8 juta dosis akan dikirimkan.
Honesti mengatakan vaksin Covid-19 diterima Bio Farma dari Sinovac berupa vaksin siap suntik serta konsentrat bahan baku vaksin. “Kolaborasi antara Bio Farma dengan Sinovac melalui dua mekanisme, yaitu impor dalam bentuk finished product single dose untuk front liner di Indonesia dan impor dalam bentuk bulk atau konsentrat vaksin,” kata dia, akhir pekan lalu. Bahan baku konsentrat vaksin akan diproses menjadi vaksin siap suntik di fasilitas fill and finish milik Bio Farma.
Petugas memasukan vaksin Covid-19 ke lemari pendingin di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, 13 Januari 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis
Bio Farma akan menerima bulk vaksin Sinovac setara 140 juta dosis secara bertahap. Untuk tahap pertama, sebanyak 15 juta dosis diterima pada 12 Januari lalu. Honesti mengatakan Bio Farma sudah memulai proses produksi vaksin sejak pertengahan Januari. “Hasilnya akan melengkapi pasokan vaksin Covid-19 dalam kemasan finish product yang sudah diterima sebelumnya," ujar dia.
Menurut Honesti, produksi vaksin Covid-19 dari bahan bulk hingga 21 Januari lalu mencapai 4 juta dosis. Bio Farma sedang menjalankan proses quality control, sebelum vaksin tersebut dikirimkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapatkan lot release. "Diperkirakan sampai Februari mendatang akan siap sebanyak 4 juta dosis vaksin,” kata dia.
Bio Farma bersama anggota holding badan usaha milik negara (BUMN) sektor farmasi, yaitu PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma, sudah menyiapkan 48 gudang di seluruh Indonesia untuk mendistribusikan vaksin Covid-19. Bio Farma, kata Honesti, menyiapkan solusi digital bersifat end-to-end untuk pengawasan proses distribusi vaksin secara real-time. "Ini dilakukan di command center holding BUMN farmasi."
Kementerian Kesehatan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/12758/2020 tentang jenis vaksin untuk vaksinasi Covid-19. Dalam aturan itu disebutkan vaksin diperoleh dari Bio Farma, AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, Sinovac Life Sciences Co Ltd, serta Novavax. Seluruh vaksin wajib melewati uji klinis hingga fase ketiga serta mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari BPOM.
Selain dengan Sinovac, Bio Farma melakukan amendemen supply agreement dengan AstraZeneca dan Novavax pada 30 Desember lalu. Masing-masing perusahaan akan memasok 50 juta dosis vaksin. Bio Farma juga tengah merampungkan supply agreement vaksin Covid-19 dengan Pfizer BioNTech. Vaksin produksi AstraZeneca akan mengantongi EUA dari BPOM pada April 2021. Sedangkan vaksin Novavax mulai masuk pada kuartal II berkolaborasi dengan Indofarma dan akan mengantongi EUA pada Mei 2021.
Petugas kesehatan dari pusat kesehatan masyarakat menunjukan surat perintah pengambilan vaksin Covid-19 Sinovac di gudang pendingin Dinas Kesehatan Kota Bandung, Jawa Barat, 13 Januari 2021. TEMPO/Prima Mulia
Kementerian Kesehatan menyatakan 1,47 juta tenaga kesehatan akan mendapat dua kali injeksi vaksin Covid-19. Juru bicara program vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengklaim jumlah vaksin sudah mencukupi. "Orang yang mendapat vaksin dosis pertama dipastikan mendapatkan dosis kedua," kata dia. Menurut Nadia, sampai saat ini ada 172.901 tenaga kesehatan yang mengakses program vaksinasi dari 13.525 fasilitas kesehatan di 92 kabupaten/kota. "Masih ada 888.282 tenaga kesehatan yang mulai diberikan undangan vaksinasi pada 21 Januari," ujar dia.
Kementerian Kesehatan menargetkan vaksinasi bagi tenaga kesehatan selesai pada Februari. Nadia mengingatkan bahwa vaksin ini tak berarti membuat penerimanya kebal sepenuhnya. Namun dengan vaksin, kata dia, penerima tak terlalu terkena dampak Covid-19. "Risiko orang yang terinfeksi Covid-19 tanpa perlindungan vaksinasi akan menjadi tiga kali lipat dibandingkan dengan orang yang mendapat vaksinasi Covid-19," kata Nadia.
EGI ADYATAMA | AHMAD FIKRI (BANDUNG) | FERY FIRMANSYAH