JAKARTA - Peta industri keuangan syariah nasional bakal berubah pasca-realisasi penggabungan tiga bank syariah pelat merah. Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Aviliani, mengungkapkan merger PT Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah bakal menghasilkan kekuatan baru yang mampu memacu daya saing dan menggairahkan pasar perbankan syariah. “Bank syariah lain juga sedang berbenah, membangun ekosistem, memperbaiki kondisi internal, dan melakukan efisiensi,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Berdasarkan perhitungan total aset yang dimiliki ketiga bank tersebut, merger akan menciptakan satu bank syariah baru dengan total aset mencapai Rp 390 triliun. Aviliani mengatakan tren ekonomi syariah secara global terus berkembang, tak terkecuali di negara maju. “Arahnya kepada pengembangan industri halal dan implementasi ekonomi berbasis syariah.” Terlebih, di tengah pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, konsep ekonomi syariah dinilai lebih berdaya tahan dan unggul dibanding konsep bank konvensional. “Karena konsep bagi hasil yang dikedepankan, memberdayakan ekonomi umat, bukan sekadar ambil untung,” kata dia.
Saat ini terdapat 14 bank umum syariah, 20 unit usaha syariah, dan 162 bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia. Total nilai aset seluruh bank tersebut mencapai Rp 545,39 triliun pada semester 1 2020, tumbuh 9,22 persen secara tahunan. Meski demikian, jika diakumulasi, pangsa pasar industri keuangan syariah baru 9,63 persen. “Kebanyakan bank syariah itu sumber dananya tidak sekuat bank konvensional, terutama yang bersumber dari dana murah. Apalagi kalau mereka tidak punya induk atau link dengan bank konvensional,” ucap Aviliani.
Kelemahan tersebut disadari oleh Ketua Tim Project Management Office Merger Bank Syariah Badan Usaha Milik Negara, Hery Gunardi. Dia mengakui bank syariah di Indonesia masih tertinggal dalam mengeksplorasi pasar sukuk. Padahal bank syariah memiliki pasar yang besar di negara-negara Islam, misalnya di Timur Tengah.
Segmen wholesale banking, khususnya yang bersumber dari pasar global, pun dibidik bank syariah sebagai fokus utama untuk dikembangkan. Tak hanya menawarkan produk-produk wholesale dan investasi, kata Hery, bank syariah hasil merger diharapkan mampu membantu menerbitkan surat utang syariah dan memasarkannya.
Wakil Direktur PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Catur Budi Harto, mengatakan bank syariah BUMN diharapkan dapat memiliki skala ekonomi yang lebih luas dan mengoptimalkan potensi ekonomi serta keuangan syariah di Tanah Air. Pasca-merger, bank syariah nasional pun ditargetkan dapat memiliki berbagai layanan produk dan dapat melayani beragam segmen, tak terkecuali usaha kecil-menengah. “Khusus untuk potensi pasar industri syariah dan halal nasional, potensinya mencapai Rp 4.800 triliun pada 2024 mendatang.”
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, mengatakan keberpihakan bank syariah BUMN kepada sektor UMKM harus menjadi prioritas. Apalagi jumlah UMKM yang ada saat ini sebanyak 99,99 persen atau mencapai 64,2 juta unit usaha, mendominasi dibanding pelaku usaha besar yang sebanyak 5.550 unit usaha atau hanya 0,01 persen.”Untuk apa disanjung-sanjung penggabungan ini kalau hanya akan menguntungkan pelaku usaha besar,” katanya. “Komitmen bank harus ditekan hingga 70-80 persen untuk UKM.”
GHOIDA RAHMAH