JAKARTA – Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan perpanjangan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta akan berdampak terhadap kinerja ekonomi. Aktivitas ekonomi yang terbatas berbanding lurus dengan rendahnya permintaan di masyarakat. Hal ini, kata dia, juga akan mempengaruhi purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Indonesia.
“Akan mempengaruhi PMI manufaktur karena produksi dan permintaan menyusut dalam negeri. Dengan PSBB yang lebih panjang, akan semakin mempengaruhi pemulihan ekonomi,” ujar Shinta kepada Tempo.
Menurut dia, rendahnya daya beli akan sangat mempengaruhi produktivitas industri manufaktur. Masyarakat masih menahan konsumsi beli meski pemerintah memberikan bantuan sosial. Kegiatan industri tertolong oleh permintaan ekspor dari beberapa negara yang perekonomiannya mulai pulih. “Demand masih bisa terus tumbuh,” kata Shinta.
Pemerintah DKI Jakarta memperpanjang PSBB selama 14 hari ke depan hingga 11 Oktober 2020. Sebelum PSBB diberlakukan, PMI manufaktur Indonesia mulai membaik. IHS Markit bahkan mencatat PMI manufaktur Indonesia mencapai level 50,8 setelah sempat anjlok hingga level 27,5 pada April lalu.
Menurut Shinta, kegiatan perekonomian pada triwulan IV menjadi kunci pemulihan. Semakin lama PSBB, pertumbuhan ekonomi di triwulan IV akan semakin terpuruk,” kata dia.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Adhil Lukman, mengatakan permintaan industri makanan dan minuman kembali menurun setelah PSBB diperketat. “Padahal, kami optimistis kenaikan pada Mei, Juni, Juli, Agustus, akan berlanjut. Namun dengan adanya kondisi ini agak sedikit menurun,” ujar dia.
Adhi berharap bantuan sosial kepada masyarakat bisa dibelanjakan untuk mengerem penurunan permintaan. Selain itu, konsumsi masyarakat kelompok menengah ke atas diharapkan perlahan membaik.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Rizal Rakhman Tanzil, mengatakan pertumbuhan tekstil masih tertekan karena permintaan masyarakat belum pulih. “Kalau pemerintah tidak konsisten memperketat lalu memperlonggar tanpa kejelasan, ini membuat pasar jadi tidak ada kepastian,” kata dia. “Kalau pembatasan jelas, terukur, dan terkoordinasi dengan baik, maka kami bisa mengatur napas dan treatment terhadap industri juga agar jelas.”
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan PSBB tidak terlalu besar dampaknya terhadap perekonomian nasional. Sebab, tidak semua sektor ekonomi ditutup dan hanya dibatasi. “Jadi, dampaknya terhadap estimasi kami kelihatannya cukup minimal,” ujar dia.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis perbaikan ekonomi terjadi pada triwulan ketiga. Menurut dia, berdasarkan data dari beberapa sektor, seperti penjualan, manufaktur, perkantoran, hingga kegiatan di pasar, perbaikan telah terjadi sejak Juli lalu. Adapun pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua terkontraksi 5,32 persen.
YOGI EKA SAHPUTRA | HENDARTYO HANGGI | LARISSA HUDA
Kembali Loyo di Pembatasan Kedua