JAKARTA – Perdagangan saham pada awal 2020 anjlok jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Analis dari Panin Sekuritas, William Hartanto, mengatakan lesunya perdagangan disebabkan oleh masa liburan serta musim hujan dan banjir di sejumlah wilayah. "Karena banjir, pelaku pasar sulit melakukan transaksi dan sebagian menundanya dulu," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan nilai transaksi pada Kamis, 2 Januari lalu, turun 44 persen menjadi Rp 4,17 triliun. Pada Jumat, 3 Desember lalu, nilai transaksi mencapai Rp 5,7 triliun. Jika dirata-rata, nilai transaksi pada dua hari tersebut sebesar Rp 4,94 triliun, turun 34 persen dibanding periode yang sama pada 2019 yang mencapai Rp 7,52 triliun.
Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE), Piter Abdullah Redjalam, juga menyebut banjir sebagai penyebab turunnya animo investor. Akibatnya, transaksi di pasar keuangan menurun tajam. "Investor banyak yang masih libur dan terganggu oleh banjir," ujar dia.
Namun Direktur LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo, mengatakan banjir hanya berdampak minor terhadap perdagangan di pasar modal. Menurut dia, sentimen yang lebih kuat ialah terbunuhnya pejabat militer Iran, Qassem Soleimani, oleh Amerika Serikat. Setelah penembakan Soleimani, spekulasi politik semakin tinggi dan akan mempengaruhi transaksi. Lucky mengatakan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia akan berkisar pada 6.200-6.300 karena pelaku pasar Asia akan mempertimbangkan sentimen eksternal itu.
Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, mengatakan salah satu faktor transaksi pasar yang relatif lebih sepi adalah sebagian besar pelaku pasar masih berlibur sampai awal pekan depan. Banjir yang terjadi di berbagai wilayah di Jakarta dan Jawa Barat juga telah menurunkan aktivitas transaksi. "Kondisi tersebut berdampak pemadaman aliran listrik di beberapa tempat, gangguan koneksi Internet, dan terendamnya beberapa wilayah yang membuat arus transportasi terganggu," ujar Hans.
Selain banjir, Hans menyebutkan sentimen lain, yaitu angka inflasi Desember 0,34 persen dan inflasi tahunan 2,72 persen yang jauh di bawah ekspektasi pasar. "Rendahnya inflasi mengindikasikan lemahnya daya beli masyarakat," kata dia. Hans juga menyoroti kondisi politik di Timur Tengah, yang akan memicu kenaikan harga minyak. "Ketegangan di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak," tuturnya.
Hans memperkirakan IHSG menguat di level support 6.263 sampai 6.219 dan resistance 6.337 sampai 6.348. Dia merekomendasikan pelaku pasar menggelar aksi jual untuk mengantisipasi koreksi akibat kenaikan harga saham yang sudah cukup tinggi.
Analis dari OSO Sekuritas, Sukarno Alatas, mengatakan rilis data cadangan devisa pada Desember yang lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya bisa menjadi katalis positif bagi pelaku pasar. Dia juga menyebutkan sentimen eksternal berupa meredanya perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat, yang ditandai dengan perjanjian pada 15 Januari di Gedung Putih. "IHSG bisa menguat di kisaran 6287-6395. January effect saya rasa akan muncul," ujar dia.
LARISSA HUDA
Jeblok pada Awal Tahun
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal tahun ini melorot dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Anjloknya nilai transaksi terjadi akibat gempuran sentimen negatif dari faktor internal hingga eksternal.
Sentimen Pasar Pekan Ini
1. Bangkitnya aktivitas industri manufaktur di Cina seiring dengan meredanya tensi perang dagang.
2. Isu Brexit. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Uni Eropa perlu memperpanjang pembicaraan hubungan dagang dengan Inggris.
3. Keputusan bank sentral Cina untuk melonggarkan kebijakan moneter.
4. Angka inflasi Desember 2019 sebesar 0,34 persen, jauh di bawah ekspektasi 0,42 persen. Rendahnya inflasi memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan penurunan suku bunga. Namun rendahnya inflasi juga mengindikasikan lambatnya pertumbuhan ekonomi dan lemahnya daya beli masyarakat.
5. Memanasnya situasi Timur Tengah akibat serangan udara Amerika Serikat ke milisi Irak yang didukung oleh pemerintah Iran. Ketegangan di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak.
6. Rilis data cadangan devisa pada Desember yang lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya bisa menjadi katalis positif bagi pelaku pasar.
LARISSA HUDA | SUMBER: IDX, WAWANCARA