JAKARTA - Pelaku usaha retail berupaya mendongkrak kinerja dalam tiga bulan terakhir. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menargetkan pertumbuhan industri ini dapat lebih baik dibanding tahun lalu sebesar 10 persen. "Peretail sedang berupaya rebound. Kami mempunyai kesempatan untuk meningkatkan omzet untuk dapat menembus pertumbuhan double digit pada akhir tahun," ujar Ketua Koordinator Komunikasi Aprindo, Fernando Repi, kepada Tempo, kemarin.
Fernando menuturkan optimisme itu dilatarbelakangi permintaan domestik yang tetap kuat meski perekonomian global tengah melambat. "Kami berharap akan banyak event akhir tahun yang bisa menghasilkan pendapatan," ujarnya. Sejumlah strategi pun dijalankan, dari memberikan ragam promosi bekerja sama dengan supplier hingga diversifikasi produk yang dijual.
Fernando mengatakan, terbaru peretail nasional maupun lokal berkomitmen untuk melakukan transformasi dan adaptasi teknologi digital untuk meningkatkan daya tarik konsumen. "Kami akan mulai meningkatkan customer experience ketika belanja di toko dengan teknologi, hingga pengelolaan big data, dan menciptakan program-program kreatif untuk konsumen" katanya.
Strategi ini telah lumrah dilakukan oleh peretail di luar negeri dan terbukti ampuh meningkatkan omzet penjualan. "Jadi, bisa dilihat pada akhir tahun ini dan tahun depan pasti akan banyak sekali pengembangan teknologi dan aplikasi yang dilakukan peretail offline. Mereka akan mulai melek dengan itu," ujar Fernando.
Kinerja sektor retail tercatat melemah dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah gerai retail domestik harus ditutup hingga pengurangan jumlah pekerja sebagai langkah efisiensi harus ditempuh. PT Hero Supermarket Tbk, misalnya, sejak pertengahan tahun lalu sudah menutup lebih dari 30 gerai Giant yang dinaunginya. Hal serupa dialami oleh PT Matahari Putra Prima Tbk, yang menutup enam gerai Hypermart tahun lalu.
Fernando berujar, di tengah kondisi yang menantang, peretail berupaya bertahan untuk tetap mencatatkan kinerja positif. Dukungan dari pemerintah juga dibutuhkan untuk mempercepat proses pemulihan kinerja industri. "Kami meminta pemerintah harus mampu membuat persaingan antara retail online dan offline agar semakin adil," kata dia.
Dia menambahkan, industri berharap ada insentif khusus untuk sektor retail layaknya industri manufaktur. Insentif yang dimaksudkan dalam bentuk perpajakan ataupun stimulus pendukung lainnya. "Terlebih kami ini juga industri padat karya dengan lebih dari 20 juta pekerja di sektor retail," kata Fernando.
Adapun upaya peretail untuk mendiversifikasi fokusnya pada segmen bisnis non-makanan mulai menunjukkan kinerja positif. Direktur PT Hero Supermarket Tbk, Wahyu Trikusumo, berujar bahwa kontribusi gerai kesehatan dan kecantikan, Guardian, serta gerai furnitur dan perabotan rumah tangga, IKEA, terus meningkat. "Pertumbuhannya mencapai dua digit," kata dia. Adapun Guardian dan IKEA mencatatkan kenaikan pertumbuhan pendapatan sebesar 21 persen menjadi Rp 715 miliar pada kuartal 1 2019.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira, menuturkan bahwa sisi daya beli masyarakat juga perlu menjadi fokus utama untuk menopang pemulihan kinerja industri retail. "Salah satu penyebab tren retail masih lesu adalah adanya perilaku menahan belanja kelas menengah dan atas," ujarnya. GHOIDA RAHMAH