TANGERANG – Grup Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air meneruskan kerja sama manajemen setelah mengalami kisruh akibat konflik manajemen. Empat aspek kerja sama yang disepakati Garuda melalui beberapa anak usahanya, seperti Citilink Indonesia dan Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia, dengan Sriwijaya Air ialah operasi penerbangan, perawatan pesawat, penyediaan suku cadang, dan suplai jasa penunjang operasi pesawat atau ground handling.
Direktur Utama GMF Aero Asia, Tazar Marta Kurniawan, mengatakan sudah memulihkan layanan perawatan dan perbaikan teknis untuk pesawat Sriwijaya Air dan Nam Air. Menurut dia, GMF langsung bergerak begitu kesepakatan tercapai. "Kami masuk dan mudah-mudahan layanannya lancar kembali," kata dia di kantornya, kemarin.
Selain suplai mekanik dan suku cadang dari GMF, PT Gapura Angkasa-anak usaha Garuda lainnya-kembali mengirimkan tenaga penunjang operasi pesawat (aircraft ground handling) untuk armada Sriwijaya Air di bandara persinggahan.
Sebelumnya, operasi Sriwijaya Air nyaris lumpuh setelah terjadi keretakan kerja sama dengan Garuda. Kisruh terjadi setelah pemegang saham Sriwijaya mengganti direksi yang berasal dari Garuda, sesuai dengan skema kerja sama manajemen yang diteken pada November 2018.
Pada 24 September lalu, Grup Garuda menarik dukungan teknisnya, termasuk mesin pesawat yang disewakan oleh GMF. Keterbatasan sumber daya dan peralatan membuat sejumlah direksi Sriwijaya Air menyatakan tak sanggup melanjutkan operasi karena risiko keselamatan.
Direktur Quality, Safety, and Security Sriwijaya, Toto Soebandoro, mengatakan pemulihan operasi harus dilakukan bertahap. Namun ia yakin maskapainya bisa keluar dari zona merah penilaian potensi gangguan (hazard identification and risk assessment/HIRA). "Butuh waktu untuk konsolidasi dan mengaktifkan kemampuan," ucapnya kepada Tempo.
Direktur Utama Citilink Indonesia, Juliandra Nurtjahjo, mengatakan komunikasi dengan manajemen Sriwijaya difasilitasi oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Kami ingin ekosistem penerbangan kembali sehat."
Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno menilai kolaborasi tersebut renggang akibat masalah komunikasi. "Kemarin sudah ada kerja sama, tapi kelihatannya komunikasinya belum jelas," katanya. "Yang paling utama adalah untuk konsumen dan tentunya kesehatan maskapai di Indonesia," katanya di Jakarta, kemarin.
Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan, Avirianto, mengatakan ada campur tangan pemerintah untuk mendinginkan masalah kedua grup maskapai itu. Menurut dia, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sudah beberapa kali memanggil manajemen Garuda dan Sriwijaya. Inspektur kelaikudaraan pun lebih gencar mengawasi pengoperasian Sriwijaya sejak pecah kongsi. "Yang kami utamakan ialah kepentingan ribuan penumpang ini. Jangan sampai terjadi chaos," katanya. FRANSISCA CHRISTY ROSANA | DIAS PRASONGKO | YOHANES PASKALIS PAE DALE
Garuda-Sriwijaya Sepakati Empat Aspek Kerja Sama