JAKARTA - Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani, meminta pemerintah sigap menyikapi melambatnya pertumbuhan ekonomi. Menurut dia, di tengah hambatan eksternal, pemerintah tak menunjukkan upaya memperbaiki kondisi ekonomi secara signifikan. "Hampir tidak melakukan apa-apa, business as usual tanpa ada terobosan demi menjaga stabilitas menjelang dan setelah pemilihan umum," ucap dia, kemarin.
Shinta mengatakan pemerintah sebenarnya sudah memiliki skema reformasi ekonomi. "Arah kebijakan pro-bisnis sudah ada, tapi tidak konsisten," katanya. Minimnya terobosan, kata Shinta, menyebabkan investasi sulit menjadi motor pertumbuhan ekonomi di tengah lesunya ekspor. Dia memberi contoh insentif perpajakan yang belum banyak menarik investor karena stimulus yang dijanjikan pemerintah tak sesuai dengan ekspektasi pelaku usaha. "Untuk mengklaim insentif tersebut sangat sulit."
Selain insentif fiskal, inkonsistensi membayangi kebijakan lain. "Misalnya, kebijakan industri halal, kebijakan atas pengelolaan sumber daya air, hingga kebijakan ketenagakerjaan yang out of date dan tidak kompetitif," ucap Shinta. "Ini masalah klasik yang harus dibenahi segera agar bisa menarik investor dan pelaku usaha."
Namun Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution tetap optimistis serangkaian kebijakan dan insentif yang disediakan pemerintah akan ampuh menggenjot kinerja investasi pada paruh kedua tahun ini. "Kebijakan-kebijakan sudah dikeluarkan, tax holiday dan macam-macam lainnya, kita tinggal membuat itu benar-benar membumi," ujar Darmin.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan, momentum bangkitnya investasi pada semester II 2019 juga semakin lebar setelah pelonggaran kebijakan moneter bank sentral. Suku bunga acuan Bank Indonesia 7-Days Reverse Repo Rate telah diturunkan dari 6 persen menjadi 5,75 persen. "Ini bisa menciptakan momentum, dan keyakinan investor bisa meningkat," katanya. Indonesia diharapkan dapat menjadi negara tujuan yang kompetitif bagi investor yang ingin mengembangkan bisnisnya.
Sementara itu, lesunya pertumbuhan ekonomi awal tahun ini direspons negatif oleh pelaku pasar keuangan. Indeks harga saham gabungan (IHSG) kemarin ditutup melemah 0,46 persen ke level 6.311,16. Dengan demikian, indeks terus mengalami pelemahan sejak akhir pekan lalu. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan aksi jual bersih senilai Rp 1,09 triliun. Pelemahan juga terjadi di pasar uang. Nilai tukar rupiah terkoreksi 0,53 persen ke level Rp 14.250 per dolar Amerika di pasar spot. FRISKI RIANA | GHOIDA RAHMAH
Sektor Pertambangan Paling Lesu