Sulaiman Djaya
Mula Puisi
Aku selalu punya hitam yang paling lembut, sebuah rumah dalam kerang
bermahkota kabut. Aku selalu punya dinding
yang senantiasa menggambar waktu
dan siang menyulapku menjadi riuh kaki-kaki hujan
yang berlarian di depan rumahmu.
Ketika tangan-tangan saling bertukar isyarat cinta,
benda-benda menggambar cuaca jadi warna.
Tetapi aku bukan tiga jarum jam atau almanak-almanak tua
yang menyamar mendung di bawah langit biru.
Aku selalu punya hitam yang paling lembut, sebuah rumah dalam kerang
bermahkota kabut. Aku selalu punya dinding
yang senantiasa menggambar waktu
dan siang menyulapku menjadi riuh kaki-kaki hujan
yang berlarian di depan rumahmu.
Ketika tangan-tangan saling bertukar isyarat cinta,
benda-benda menggambar cuaca jadi warna.
Tetapi aku bukan tiga jarum jam atau almanak-almanak tua
yang menyamar mendung di bawah langit biru.
Saat Tuhan memberiku lar
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini