maaf email atau password anda salah


Asal-usul Natal dan Penentuan 25 Desember

Dosen Universitas Sanata Dharma mengajukan bukti-bukti umat Kristen merayakan Natal sejak abad II dan tidak terkait paganisme.

arsip tempo : 171490863725.

Petugas membersihkan bagian dalam Gereja Katedral, Jakarta, 21 Desember 2023. ANTARA/Rivan Awal Lingga. tempo : 171490863725.

Sebagian besar orang, termasuk umat Kristen, meyakini bahwa Natal adalah kristenisasi dari perayaan-perayaan pagan, seperti pemujaan dewa matahari (Sol Invictus), pemujaan dewa Saturnus (Saturnalia), dan pemujaan dewa matahari dari Persia yang diadopsi masyarakat Romawi (Mithras).

Dalam bahasa akademik, kristenisasi perayaan pagan disebut dengan historical religions theory atau teori sejarah agama. Menurut teori ini, penetapan kelahiran Yesus dan penetapan perayaan Natal pada 25 Desember terjadi di abad IV Masehi.

Namun terdapat bukti-bukti dari manuskrip dan teori bahwa sebenarnya Natal telah ada jauh sebelum abad IV Masehi. Apa alasannya?

Tanggal 25 Desember sebagai Kelahiran Yesus

1. Berdasarkan Manuskrip

Beberapa manuskrip dari abad III Masehi menunjukkan penetapan tanggal kelahiran Yesus, baik secara tersurat maupun tersirat.

Hypolitus (170-235 M), teolog dan tokoh gereja Katolik di Kota Roma, Italia, menyinggung saat kelahiran Yesus dalam teks Komentar Nabi Daniel (204 M). Dalam teks tersebut tertulis Yesus dilahirkan “di Betlehem, delapan hari sebelum kalender Januari (25 Desember), pada hari keempat (Kamis)…”. Hypolitus menggunakan perhitungan kalender Julian, yaitu kalender yang berpatokan pada rotasi bumi terhadap matahari, dan mulai diterapkan oleh Julius Caesar pada tahun 45 SM.

Kafe dan toko dengan dekorasi Natal, di Athena, Yunani, 21 Desember 2023. REUTERS/Louisa Gouliamaki

2. Menurut Calculation Theory

[Teks De Pascha Computus (243 M), yang merupakan penjelasan seputar perhitungan penetapan Paskah; dan keterangan dari sejarawan Kristen, Sextus Julius Africanus (160-240 M), dapat dirujuk sebagai dasar perhitungan tanggal kelahiran Yesus]. Berdasarkan sumber tersebut, penetapan tanggal kelahiran Yesus dapat dihitung dengan berpatokan pada tanggal kematian Yesus. Yesus wafat di kayu salib pada 25 Maret (kalender Julian).

Tradisi Yahudi meyakini peristiwa awal mula dikandung dalam rahim atau kelahiran dari orang suci terjadi pada tanggal dan bulan yang sama dengan peristiwa kematian (integrative age). Dari asumsi teologis ini, disimpulkan bahwa inkarnasi atau penjelmaan roh dalam wujud manusia dari Yesus Kristus terjadi pada 25 Maret, ketika Yesus dikandung dalam rahim Maria.

Dari 25 Maret ini, kemudian disimpulkan secara hipotetis bahwa Yesus lahir sembilan bulan setelah dikandung, yaitu pada 25 Desember. Cara perhitungan menggunakan asumsi teologis semacam ini dikenal dengan istilah calculation theory.

Berdasarkan teori itu, penetapan saat kelahiran Yesus tidak ada kaitannya dengan perayaan Sol Invictus, Saturnalia, dan Mithras karena perayaan-perayaan pagan tersebut tidak jatuh pada 25 Desember.

Sol Invictus ada kemungkinan dirayakan pada 8, 9, atau 28 Agustus; 19 atau 22 Oktober; atau 11 Desember. Saturnalia dirayakan pada 17- 23 Desember. Ihwal Mithras, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa kultus ini dirayakan pada 25 Desember.

Rujukan Teks Ihwal Perayaan Natal

Perayaan Natal Gereja Tiberias Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 9 Desember 2023. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Perihal bukti perayaan Natal sebelum abad IV Masehi, ada beberapa teks yang dapat dirujuk. Tiga di antaranya adalah Didascalia Apostolorum, Liber Pontificalis, dan Epistle of Theophilus. Ketiga teks tersebut memberikan informasi kehidupan gereja perdana seputar aturan moral, peribadatan, dan daftar para paus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma.

Didascalia Apostolorum merupakan kumpulan tulisan yang muncul sekitar tahun 250 M. Teks ini menyinggung perihal perayaan Epifani (Penampakan). Gereja Katolik merayakan Epifani untuk memperingati kedatangan tiga Majus (orang-orang bijak) ke kandang Betlehem. Gereja Kristen Timur dan Ortodoks merayakan Epifani untuk memperingati peristiwa pembaptisan Yesus. Dalam tradisi umat Kristen Timur, Ortodoks, dan Katolik, perayaan Epifani merupakan salah satu rangkaian dari perayaan Natal. Didascalia Apostolorum dapat menjadi bukti petunjuk bahwa Natal sudah dirayakan sebelum abad IV Masehi.

Dalam teks tersebut, dikatakan bahwa Epifani dirayakan pada 6 Januari dalam kalender Julian. Jika dikonversi ke kalender Gregorian, kalender yang juga berpatokan pada rotasi bumi terhadap matahari dan kita gunakan sejak 1582 M hingga saat ini, perayaan Epifani jatuh pada 25 Desember.

Bukti yang lebih kuat adalah Liber Pontificalis. Teks ini berisikan semacam biografi singkat para paus. Dalam teks tersebut, disebutkan bahwa Paus Telesphorus yang menjabat pada 125-136 M memerintahkan sebuah perayaan pada malam kelahiran Yesus Kristus. Memang tidak tertera secara eksplisit penetapan tanggal perayaan Natal. Namun Liber Pontificalis menjadi bukti bahwa Natal sudah dirayakan pada awal abad II Masehi.

Sementara itu, Epistle of Theophilus menyebutkan 25 Desember sebagai tanggal perayaan kelahiran Yesus. Teks tersebut menjadi petunjuk bahwa perayaan kelahiran Yesus sudah dilakukan sebelum 196 M, sehingga besar kemungkinan Natal telah dirayakan sebelum itu.

Ketiga teks di atas menunjukkan bahwa asal-usul Natal bukanlah perayaan Sol Invictus, Saturnalia, atau Mithras. Perayaan Natal sudah dilakukan oleh umat Kristen sejak abad II Masehi.

---

Artikel ini ditulis oleh Martinus Ariya Seta, dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Terbit pertama kali di The Conversation.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 5 Mei 2024

  • 4 Mei 2024

  • 3 Mei 2024

  • 2 Mei 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan