Geliat Ekonomi dari Rehabilitasi Hutan Bakau

Penanaman hutan bakau seluas 50 hektare di Kampung Maibo, Sorong, Papua Barat disambut antusias oleh warga.

Kepala Kampung Maibo Sudin Simurut menilai rehabilitasi hutan bakau yang dilakukan oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sangat bermanfaat.

“Dari upah penanaman bakau, warga mendapatkan uang harian. Untuk pembayaran upah menanam mangrove di transfer langsung ke rekening warga,” ujar Sudin Simurut.

Bahkan, lanjut Sudin, uang itu juga digunakan sebagian warga untuk membuka usaha baru dan membeli motor sebagai sarana transportasi anak-anak mereka ke sekolah.

“Ibu-ibu yang mendapat upah dari menanam bakau kini bisa membuka usaha baru, beli motor bekas untuk antar anak mereka ke sekolah, bisa membeli alat perlengkapan sekolah, dan sisanya bisa penuhi kebutuhan dapur,” ungkapnya.

Namun Sudin berharap, kedepannya ada bantuan berupa alat perikanan untuk warga, sehingga mereka tak lagi menambang batu karang. Pasalnya, pulihnya ekosistem hutan bakau dapat meningkatkan jumlah biota laut seperti ikan dan kepiting.

“Jika ada bantuan alat perikanan, nantinya warga bisa pakai hasil laut ikan untuk dibawa ke kampung, bisa juga dijual ke pasar sore dan pasar pagi,” pungkasnya.

Sementara itu, Sekretaris BRGM Ayu Dewi Utari mengatakan rehabilitasi hutan bakau bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga, terutama di masa pandemi.

“Kami melihat masyarakat di sini bergantung pada ekosistem hutan bakau. Papua ini indah, subur dan harus dijaga. Kami berharap kegiatan rehabilitasi hutan bakau ini jadi pemacu semangat masyarakat untuk hidup lebih baik,” ujar Ayu.

Seperti diketahui, pulihnya ekosistem hutan bakau bisa memberikan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan, seperti melindungi pantai dari abrasi, menghambat intrusi air laut, meningkatkan produksi hasil laut, serta dapat menjadi destinasi ekowisata.