Letak kedai kopi itu strategis namun unik, yakni di tengah-tengah antara dua wilayah ibu kota Siprus yang telah lama terbelah. Untuk dapat menyesap kopi di kedai yang disebut "Rumah Kerja Sama" itu, pengunjung harus menunjukkan surat identitas kepada polisi perbatasan.
Setelah diperiksa dan disetujui, barulah mereka diizinkan masuk ke zona penyangga yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut. "Zona penyangga, bagi sebagian warga, bukan daerah yang dianggap lumrah dan biasa. Untuk menormalkan suasana di zona tersebut, kami mengambil gagasan dengan mendirikan kafe," kata Hayriye Ruzgar, 26 tahun, anggota staf komunikasi di kafe dan pusat kebudayaan di dekatnya. Lokasi itu memungkinkan etnis Yunani dan etnis Turki di Siprus mengatasi perbedaan dan duduk bersama untuk membayangkan masa depan bersama.