Eddi Elison
Pengamat Sepak Bola Nasional
Setelah kompetisi LSI (Liga Super Indonesia) dibekukan tahun lalu, kompetisi sepak bola diramaikan dengan tiga turnamen besar: Piala Kemerdekaan, Piala Presiden, dan Piala Jenderal Sudirman. Bahkan, tahun ini beberapa turnamen lain juga digelar, seperti Piala Bhayangkara, Piala Wali Kota Padang, dan Piala Gubernur Kalimantan Timur. Ada pula turnamen Piala Bung Karno pada 26 Februari-9 April yang diikuti oleh 10 tim daerah (bukan klub), yakni Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Makassar, dan Papua. Tentu yang paling menarik adalah kompetisi independen Indonesia Super Competition (ISC) yang diikuti oleh 18 klub LSI pada Maret-November mendatang.
Semua turnamen yang sudah dan akan berlangsung tersebut merupakan gemerencing persepakbolaan nasional setelah pembekuan PSSI. Gemerencing tersebut setidak-tidaknya memberi secuil napas bagi beberapa klub, pemain, dan perangkat pertandingan lainnya, tapi juga memadai bagi para petaruh dan mereka yang "hobi" bertransaksi "wani piro. Tapi turnamen tersebut hanya menyangkut aspek sosial dan secuil prestasi, belum gatuk dengan peningkatan prestasi dan prestise nasional. Apalagi jika dikaitkan dengan jiwa, spirit, dan nilai sepak bola kebangsaan, seperti yang tertera dalam Mukadimah Statuta PSSI: Alat Perjuangan Bangsa.