Di warung kopi, politik yang saya maksudkan adalah politik praktis, artinya politik dalam pengertian sempit, yang urusannya adalah seberapa banyak mendapatkan massa pemilih, kursi di parlemen, serta jago-jago partai yang menjadi menteri, syukur-syukur menjadi presiden plus wakil presiden. Namun kata "syukur-syukur" di sini cukup keliru. Yang lebih tepat adalah "sebisa mungkin", artinya tidak dipasrahkan kepada nasib, melainkan dicapai dengan strategi dan taktik! Ya, Realpolitik sebagai integrasi kuasa, moralitas, dan kepentingan pribadi ke dalam 'kebijakan dari yang mungkin' (Bullock & Trombley, 1999: 733), bukanlah politik dalam pengertian luas, seperti berjuang demi khalayak miskin, emansipasi perempuan, pemberantasan kebodohan, dan kepentingan lingkungan hidup.