maaf email atau password anda salah
Belum Memiliki Akun Daftar di Sini
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Jenis Kelamin
KIEV - Rusia makin berkukuh mempertahankan pasukan di Crimea, daerah di semenanjung Ukraina, di tengah desakan negara Barat agar Kremlin menarik tentaranya. Bahkan, menurut seorang pejabat senior Amerika Serikat, Ahad lalu, sekitar 6.000 tentara Rusia kini telah mengambil alih kendali Crimea.
BEIJING – Polisi Cina memburu pelaku penyerangan membabi-buta dengan pisau di Stasiun Kereta Api Kunming, Provinsi Yunnan, Sabtu malam lalu. Peristiwa itu menewaskan 29 orang dan melukai sekitar 113 orang. Pemerintah Beijing, kemarin, menuding kelompok separatis muslim Uighur di Xinjiang di balik aksi penikaman ini.
BANDAR SERI BEGAWAN -- Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bandar Seri Begawan, Brunei, membenarkan adanya penangkapan seorang warga negara Indonesia bernama Daniel alias Awaluddin Sitorus oleh badan intelijen Brunei, Internal Security Department (ISD). Namun hingga kemarin KBRI belum mendapatkan akses bertemu.
BANGKOK - Pemerintah Thailand membantah Perdana Menteri sementara Yingluck Shinawatra melarikan diri dan menghindar dari demonstran anti-pemerintah. Yingluck, kemarin, kembali meninggalkan Bangkok di tengah maraknya aksi penembakan di ibu kota Thailand tersebut.
Yingluck terbang ke Chiang Rai dan Chiang Mai di utara Thailand yang menjadi basis pendukungnya. Ia disebutkan melakukan peninjauan proyek pemerintah di wilayah tersebut. Ini merupakan kedua kalinya Yingluck meninggalkan Bangkok dalam pekan ini. Senin lalu, ia mengunjungi Provinsi Saraburi, sekitar 100 kilometer sebelah utara Bangkok.
KIEV - Ukraina belum juga memiliki pemerintahan pasca-pelengseran Presiden Victor Yanukovych pada Sabtu lalu. Parlemen Ukraina, kemarin, menunda pembentukan formasi pemerintahan nasional bersatu hingga besok waktu setempat dengan alasan masih melakukan lobi-lobi.
"Pemungutan suara untuk membentuk pemerintahan nasional bersatu baru dilakukan Kamis," kata Oleksander Turchinov, ketua parlemen yang diangkat sebagai pelaksana tugas presiden, kemarin. Sebelumnya, Turchinov menjadwalkan sidang parlemen kemarin untuk membicarakan masalah pembentukan kabinet dan penunjukan perdana menteri.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.