maaf email atau password anda salah

Ide

Edisi Minggu, 29 September 2013

Munawir Aziz,
ALUMNUS CENTER FOR RELIGIOUS AND CROSS-CULTURAL STUDIES (CRCS), SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM), YOGYAKARTA

Selama lebih dari 30 tahun, warga Indonesia berada dalam kecemasan akibat kerumitan sejarah. Periode kekuasaan Orde Baru menjadikan sejarah Indonesia gelap mata, berkabut, hingga tak memungkinkan untuk ditelaah secara jernih. Peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi pada masa awal kemerdekaan, revolusi fisik, hingga masa Orde Sukarno dikaburkan oleh penulisan sejarah versi penguasa. Panggung kekuasaan Orde Baru berdiri kokoh dengan dukungan akademisi yang dekat dengan Cendana dan militer. Panggung kekuasaan ini roboh pada Mei 1998, ketika Soeharto tak mampu lagi mencengkeram politik Indonesia.

Peristiwa-peristiwa sejarah yang membentuk Indonesia sebagai negara bangsa (nation-state) sampai saat ini masih terasa sumir. Kisah-kisah tentang perlawanan terhadap kolonial sering kali ditenggelamkan oleh asumsi kepentingan politik dan jaringan keluarga pahlawan. Dimensi politik dan nafsu kekuasaan lebih kuat daripada keberpihakan kepada kebenaran sejarah. Kisah-kisah tentang ideologi komunis, perjalanan politik Partai Komunis Indonesia (PKI), hingga pertarungan DI/TII saat ini menjadi bagian dari common enemy yang terlembaga dalam memori warga. Kenapa? Karena selama lebih dari 30 tahun, warga mengkonsumsi informasi yang distempel oleh Orde Baru. Produksi wacana selama lebih dari tiga dekade, yang menggunakan cara berpikir model militer, menjadikan rakyat negeri ini bungkam dan hanya meratapi tragedi sejarah.

Baca Selengkapnya

Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan