Erni Aladjai
PENULIS BERGIAT DI KOMUNITAS DAPUR SENI SALANGGAR
Dua pekan menjelang Lebaran, hampir setiap hari pintu rumah kontrakan saya diketuk orang. Bukan kolega, bukan teman, apalagi kekasih. Mereka yang datang mengetuk adalah para pengemis tak jujur. Mula-mula seorang ibu berkerudung merah. Ia datang membawa map yang tertera sejumlah nama dan tanda tangan. Saya curiga tanda tangan dan nama itu dia yang menulisnya sendiri. Dia juga membawa bubuk abate. Katanya dia dari pemerintah daerah Jawa Barat.
"Mbak, saya dari pemda. Kami mendata setiap rumah untuk diberikan bubuk abate. Setiap rumah, Mbak. Bubuk abate ini ditempelkan di jendela depan untuk menandakan kalau rumah Mbak sudah terdaftar."