Geger Riyanto,
ALUMNUS SOSIOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA
Bagi Anda yang membaca tulisan ini, pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat. Anda telah selamat dari kiamat yang seharusnya terjadi beberapa hari yang lalu. Seharusnya, beberapa hari silam, badai matahari mengganas. Inti bumi bergolak. Kemudian lempengan bumi terjungkir semudah meja tripleks terbalik. Anda, bersama segala bentuk kehidupan lain di atas muka bumi, seharusnya sudah punah.
Semua itu tidak terjadi. Hari yang empat tahun silam dibayangkan orang-orang sebagai hari terakhir umat manusia itu berlalu begitu saja, sebagaimana satu hari yang biasa kita lalui dalam kehidupan kita. Yang lebih lucu lagi, beberapa hari menjelang tanggal 21 Desember, publik tenang-tenang saja. Yang ada, ia malah menjadi bahan guyonan yang sangat empuk. "Asem!" keluh seorang kawan, "Kenapa kiamat jatuh sebelum weekend!"