Manajemen Suhu Panas di Australian Open
Suhu panas ekstrem kerap mengancam Australian Open. Korbannya banyak, termasuk juara bertahan Novak Djokovic pada 2009.
Tempo
Sabtu, 27 Januari 2024
Australian Open 2024, yang berlangsung sejak 7 Januari lalu, menjelang babak akhir. Hari ini, Sabtu, 27 Januari 2024, Qinwen Zheng dari Cina akan menjamu petenis Belarus, Aryna Sabalenka, di babak final tunggal putri. Sementara itu, di partai final tunggal putra, Jannik Sinner dari Italia akan menghadapi Daniil Medvedev asal Rusia pada Ahad, 28 Januari 2024. Seperti dalam partai-partai sebelumnya, laga tersebut akan berlangsung di bawah panas terik matahari dan suhu tinggi musim panas Melbourne, Australia, sehingga memunculkan pertanyaan berapa batas toleransi suhu maksimal untuk pertandingan tenis yang menguras keringat tersebut?
Tahun ini, suhu panas belum menjadi perdebatan di seputar turnamen Grand Slam tersebut. Isu terpanas sejauh ini adalah cekcok lisan antara Novak Djokovic dan penonton di tengah pertandingan melawan wakil tuan rumah, Alexei Popyrin, di babak kedua pada 17 Januari lalu. Belum ada pertandingan yang ditunda akibat cuaca panas.
Namun turnamen tenis hanyalah satu contoh dari banyak acara olahraga besar yang berlangsung saat musim panas sedang gahar-gaharnya. Situasi ini mendorong munculnya urgensi manajemen risiko untuk meningkatkan kondisi pemain, kesuksesan turnamen, dan kenyamanan penonton.
Petenis Tiongkok Zheng Qinwen saat sesi latihan menjelang turnamen tenis Australia Terbuka di Melbourne Park, Australia, 11 Januari 2024. REUTERS/Edgar Su
Penonton dan panitia biasanya mengantisipasi cuaca panas dengan mengeluarkan telepon seluler—kalau tidak keburu overheat—lalu melihat informasi suhu yang disediakan stasiun pemantau cuaca terdekat. Hanya, metode ini tidak memberikan gambaran menyeluruh soal suhu.
Bagi kalangan awam, suhu udara (yang diukur di tempat teduh) hanyalah satu dari empat faktor yang diperhitungkan untuk mendapatkan gambaran bagaimana cuaca mempengaruhi kita. Panas yang ditambahkan oleh sinar matahari (radiant temperature), pergerakan udara di sekitar individu (air velocity), dan jumlah uap air di udara atau kelembapan juga menentukan respons seseorang terhadap hawa panas.
Lalu pada level individu, di luar faktor risiko yang dapat mengkompromikan kemampuan seseorang untuk mengatur suhu tubuhnya selama menghadapi tekanan panas—misalnya saat sakit dan mengkonsumsi obat—intensitas aktivitas serta tebal-tipis pakaian menentukan seberapa panas dia.
Faktor berikutnya adalah stasiun pemantau cuaca. Meski peran stasiun pemantau cuaca sangat penting, informasi yang didapat dari stasiun-stasiun yang berjarak puluhan kilometer dari lokasi pertandingan bisa kurang akurat. Apalagi ada banyak faktor lokal, seperti struktur stadion dan jenis lapangan, yang bisa mempengaruhi temperatur. Maka pengukuran on-site sangat penting untuk memberi gambaran yang lebih tepat. Asalkan perangkatnya benar, tingkat akurasi pengukuran on-site bisa menyajikan informasi yang akurat sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan perihal pertandingan olahraga tersebut.
Penilaian menyeluruh terhadap keseimbangan panas tubuh manusia membutuhkan semua faktor di atas. Tantangan berikutnya adalah mengolah data tersebut menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan jalannya pertandingan.
Petenis Rusia Daniil Medvedev saat pertandingan Australia Terbuka di Melbourne Park, Melbourne, Australia, 26 Januari 2024. REUTERS/Edgar Su
Jika Rafael Nadal ingin mengetahui risiko bertanding pada pukul 13.00, dia akan kebingungan saat panitia hanya menyodorkannya daftar pemicu stres lingkungan dan seluk-beluk biofisika. Untuk menjembatani jurang antara data dan pengambilan keputusan, para peneliti menggunakan indeks tekanan iklim. Indeks ini dapat menyaring saling silang yang rumit antara suhu, kelembapan, dan faktor-faktor lain—termasuk menjadi satu angka yang sederhana.
Contohnya adalah Wet-Bulb Globe Temperature atau tingkat stres panas pada tubuh manusia yang terpapar langsung sinar matahari, heat index atau tingkat kenyamanan di suatu lokasi, serta heat strain atau respons fisiologis tubuh terhadap tekanan panas eksternal dan internal. Masing-masing model perhitungan itu punya kesulitan dan kemudahan sendiri.
Angka tunggal tersebut tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah. Jika tidak ada langkah yang dapat diambil, angka itu tidak memberikan pengetahuan tambahan. Angka itu perlu dipadukan dengan strategi yang jelas dan terbukti empiris dapat memitigasi risiko serta mengoptimalkan kinerja.
Beberapa contoh strategi itu adalah rencana hidrasi personal, penambahan waktu istirahat, serta membolehkan atlet melakukan pendinginan dengan alat, seperti kipas angin dan es yang dibungkus handuk basah.
Masalah tersebut ditangani para ahli dari The University of Sydney yang telah mengembangkan, juga mengkomersialkan, sistem Environmental Measurement Unit (EMU). Sistem pengukuran suhu ini terbukti membantu mengatur keamanan dan kenyamanan atlet, penonton, serta panitia Australian Open sejak pertama kali dikembangkan pada 2019.
Dengan mengintegrasikan perangkat khusus serta penilaian intuitif terhadap tekanan panas dan strategi berbasis bukti, penyelenggara dan atlet dapat mengetahui apa saja risiko dari suatu pertandingan dan cara mengatasinya.
Untuk memastikan kesuksesan Australian Open, penggabungan riset mutakhir dan pengambilan keputusan menjadi faktor yang menentukan. Seiring dengan peningkatan suhu dan intensitas pertandingan, kemampuan untuk menavigasi garis tipis antara prestasi atlet dan kesehatan manusia menjadi ciri manajemen olahraga yang sukses.
Di tengah musim panas ini, pertandingan akbar Australian Open mencapai puncaknya. Namun, di balik layar, ada pengaturan data iklim, logistik, turnamen, serta peran atlet yang dengan cermat memastikan suhu tinggi hanyalah penghias suasana pertandingan, bukan ancaman.
---
Artikel ini ditulis oleh Grant Lynch dan Ollie Jay dari The University of Sydney, Australia. Terbit pertama kali dalam bahasa Inggris di 360info dan diterjemahkan oleh Reza Maulana dari Tempo.