Budaya Jawa Bantu Perawatan Diabetes

Budaya Jawa dapat membantu perawatan pasien diabetes. Yogyakarta merupakan daerah dengan prevalensi diabetes tertinggi.

Tempo

Senin, 22 Januari 2024

Bagi orang-orang di Jawa yang hidup dengan diabetes, spiritualitas dan agama berperan penting dalam memelihara kondisi kesehatan mereka. Spiritualisme yang tinggi dari orang-orang Jawa cenderung menganggap bahwa semua yang terjadi di dunia, termasuk penyakit, merupakan kodrat Ilahi. Berdasarkan keyakinan mereka, jika mereka bisa menghadapi penyakit dengan penuh kesabaran, Tuhan akan menghapus dosa-dosa mereka.

Perilaku seperti itu menunjukkan bahwa penyakit meningkatkan kemampuan seseorang berserah diri kepada suratan Ilahi. Pasien dengan sepenuh hati mengikuti petunjuk perawatan diabetes sembari menjalani hari-hari mereka dengan penuh sukacita meski penyakit mendera. Kohesi dan dukungan sosial juga menjadi aspek penentu sosial yang penting dalam perawatan kesehatan pasien diabetes.

Banyak penelitian menunjukkan aspek sosial dan kultural dari orang yang hidup dengan diabetes bermanfaat dalam penyembuhan penyakit mereka, juga komplikasi turunannya. Contohnya, hubungan sosial merupakan hal penting bagi orang Jawa dan memenuhi undangan hajatan bisa mengacaukan program diet sehat.

Ilustrasi penderita diabetes menyuntukin insulin. UNSPLASH

Jika tidak diobati, diabetes bisa memicu berbagai komplikasi. Kencing manis merupakan penyebab utama stroke, serangan jantung, gagal ginjal, kebutaan, dan amputasi kaki.

Angka kasus diabetes sedang meningkat secara global. Penyakit ini menyerang 529 juta orang dan angkanya diprediksi meningkat menjadi 1,3 miliar pada 2050. Indonesia tak berbeda, dengan 19,5 juta pasien diabetes pada 2021 menjadi 28,6 juta pada 2045. Dari 34 provinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi daerah dengan angka kasus tertinggi.

Riset Kesehatan Dasar menunjukkan prevalensi diabetes di Yogyakarta sebesar 3,1 persen pada 2018, lebih tinggi dari angka nasional, yaitu 2 persen. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah orang-orang Yogyakarta memiliki usia harapan hidup tertinggi se-Indonesia dan proporsi manula meningkat. Maka kemungkinan munculnya penyakit kronis juga tinggi, wabilkhusus diabetes.

Meski berdampak buruk, diabetes dapat dicegah. Pola makan yang sehat, rutin berolahraga, mengendalikan stres, dan tidak merokok merupakan cara mencegah kemunculan diabetes melitus. Karena budaya dan agama berkaitan dalam keseharian masyarakat, cara pasien Jawa mengelola stres, misalnya, dipengaruhi oleh perpaduan adat istiadat dan norma agama.

Islam, agama mayoritas masyarakat Jawa, berpengaruh besar pada banyak aspek kehidupan sehari-hari masyarakat. Berserah diri merupakan konsep yang memadukan tawakal dari Islam dan pasrah ala Jawa. Berserah diri bisa hadir dalam berbagai bentuk, termasuk patuh kepada otoritas (bisa suami atau dokter) atau kekuasaan tertinggi, yaitu Tuhan.

Di Indonesia, terutama pada masyarakat Jawa, kehidupan perempuan secara tradisi didedikasikan untuk kesejahteraan keluarganya, sehingga mereka tidak berada dalam posisi untuk menegakkan otonomi atau kemerdekaan berdasarkan harapan kultural dan standar sosial. Banyak yang meyakini bahwa nilai utama perempuan dihitung dari dedikasinya kepada suami dan Tuhan.

Konsep berserah diri soal penyakit kepada Tuhan dan bersabar berperan penting dalam mengatasi diabetes. Demikian disimpulkan dalam studi etnografik pada 2022. Sebagian orang yakin penyakit mereka adalah ujian dari Tuhan. Keyakinan ini membuat pasien tak terlampau khawatir akan penyakit mereka. Sebab, jika berhasil melewati ujian ini, mereka akan naik derajat—serupa dengan saat pelajar lulus ujian dan naik kelas.

Riset ini memvalidasi temuan-temuan sebelumnya yang mengatakan pasien diabetes bisa memanfaatkan agama dan spiritualitas. Dengan berserah diri, seseorang bisa mendapatkan kembali rasa sabar, baik hati, dan tetap saling menghargai. Berserah diri yang sepenuhnya, nrima, merupakan penerimaan Tuhan secara menyeluruh. Sejumlah pasien diabetes perempuan mengatakan konsep berserah diri bisa meningkatkan level toleransi mereka terhadap rasa sakit.

Berserah diri juga memungkinkan seseorang kembali mengambil kendali atas diri dengan selalu tenang, ramah, dan menghargai orang di tengah segala kesulitan. Pada titik tertentu, nrima tercapai saat kemampuan seseorang dalam menjalani aktivitas sosial harian masih terpenuhi. Hal ini selaras dengan tema berserah diri sebagai posisi aktif, bukan sekadar pasrah menghadapi diabetes.

Ilustrasi penderita diabetes berdoa. UNSPLASH

Meski demikian, perbedaan pemahaman tetap muncul di antara berbagai kelompok masyarakat Jawa karena nrima mengarah ke fatalisme negatif, yaitu memandang Tuhan sebagai aktor utama yang menciptakan penyakit sekaligus cara pengobatannya. Gagasan ini menunjukkan kontribusi agama dan spiritualitas dalam masyarakat yang kaya akan budaya.

Peningkatan prevalensi diabetes, bersamaan dengan dampak fisik, fisiologis, dan sosial, menjawab bahwa pendekatan preventif yang telah diambil belum memadai untuk menahan laju kenaikan angka kasus. Perlu pendekatan yang lebih komprehensif dengan mempertimbangkan aspek kultural dan sosial masyarakat dalam merancang upaya pencegahan yang lebih manjur.

---

Artikel ini ditulis oleh Iman Permana, lektor kepala Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Terbit pertama kali dalam bahasa Inggris di 360info dan diterjemahkan oleh Reza Maulana dari Tempo.

Berita Lainnya