Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) meluncurkan kemitraan perubahan iklim dengan pendanaan mencapai US$ 50 juta.

Kerja sama ini sebagai tindak lanjut Nota Kesepahaman yang diteken dua pihak tersebut pada 20 Mei 2022, sekaligus implementasi dari Lembar Fakta Gedung Putih dalam “Memperkuat Kemitraan Strategis AS-Indonesia” yang diumumkan oleh Presiden Jokowi dan Presiden Biden saat pertemuan bilateral G20 pada akhir November 2022.

Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, kerja sama ini sebagai aksi nyata dalam mendukung pencapaian tujuan dan sasaran iklim dari Rencana Operasional “Indonesia’s Forestry and Land Use (FOLU) Net Sink 2030. “Kita dapat menunjukkan bahwa kemitraan kita bukan hanya janji, tetapi direalisasikan ke dalam aksi-aksi iklim,” ujarnya.

Pernyataan Siti Nurbaya diperkuat oleh Direktur USAID Jeff Cohen yang memastikan kerja sama ini akan mempererat kemitraan terutama dalam mengatasi tantangan perubahan iklim dan menjamin masa depan yang sejahtera, tangguh, dan hijau untuk semua.

Untuk mendukung tujuan KLHK, USAID akan berkoordinasi erat seluruh tingkat pemerintahan, mulai dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, hingga internasional. KLHK dan USAID akan merinci usulan kegiatan terkait acuan persyaratan hukum dan keuangan pada tahun depan.

Kemitraan perubahan iklim yang baru ini akan mencakup dukungan untuk melestarikan orangutan dan juga spesies karismatik lainnya seperti gajah, harimau, dan badak di Sumatera dan Kalimantan.

Kemitraan ini juga akan memperkuat kerja sama dengan KLHK melalui Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) hingga berbagai pemangku kepentingan terkait. Semua upaya tentunya demi meningkatkan pengelolaan sumber daya alam Indonesia secara adil dan berkelanjutan. (*)