Regenerasi Intelektual dan Buku Kurikulum

M. Fauzi Sukri,
BERGIAT DI BALE SASTRA KECAPI

Yang menakjubkan dari buku pelajaran sekolah atau buku kurikulum pendidikan: dalam biografi/otobiografi, hampir tidak ada seorang cendekiawan, intelektual, sastrawan, penulis, bahkan guru dan ilmuwan Indonesia, yang menyatakan bahwa buku pelajaran sekolah adalah buku favorit mereka yang layak dikoleksi, apalagi akan dianggap sebagai buku yang benar-benar berpengaruh dalam hidup (intelektual) mereka. Tragis-ironis?

Setiap tahun ajaran baru, hampir setiap orang tua murid harus mencari dan membelikan buku baru, meski terkadang cuma ada sedikit revisi atau sekadar ganti sampul. Ini semacam perintah sekolah atau perintah lembaga pendidikan negara. Dan seorang siswa akan sedih, bahkan menangis, jika tidak bisa mendapatkan atau memiliki buku pelajaran sekolah, karena malu kepada teman-temannya dan semacam melanggar tata tertib belajar. Begitu juga banyak orang tua yang sedih jika tak bisa membelikan buku sekolah, termasuk buku Lembar Kerja Siswa (LKS), meski pada akhirnya mereka juga nantinya akan menjualnya lagi buku-buku itu ke toko loakan atau pencari kertas bekas.

Minggu, 6 Januari 2013

M. Fauzi Sukri,
BERGIAT DI BALE SASTRA KECAPI

Yang menakjubkan dari buku pelajaran sekolah atau buku kurikulum pendidikan: dalam biografi/otobiografi, hampir tidak ada seorang cendekiawan, intelektual, sastrawan, penulis, bahkan guru dan ilmuwan Indonesia, yang menyatakan bahwa buku pelajaran sekolah adalah buku favorit mereka yang layak dikoleksi, apalagi akan dianggap sebagai buku yang benar-benar berpengaruh dalam hidup (intelektual) mereka. Tr

...

Berita Lainnya