Mendadak Mundur Akibat Jokowi
Maruarar Sirait tiba-tiba hengkang dari PDI Perjuangan. Diduga atas permintaan Jokowi.
Imam Hamdi
Kamis, 18 Januari 2024
JAKARTA – Satu pekan sebelum mundur dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Maruarar Sirait masih membagi-bagikan kaus kepada calon legislator PDI Perjuangan yang berkecimpung di Taruna Merah Putih—organisasi sayap PDI Perjuangan. Mantan Ketua Taruna Merah Putih itu juga menyumbangkan dana kepada para koleganya tersebut.
"Minggu lalu, (Maruarar) masih bagi-bagi kaus dan dana untuk calon anggota legislatif PDI Perjuangan yang berasal dari anggota Taruna Merah Putih," kata Deddy Yevri Hanteru Sitorus, politikus PDI Perjuangan, Rabu, 17 Januari 2024. "Bagi dia, rumahnya itu yang di Menteng." Sebutan Menteng merujuk pada alamat kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro Nomor 58, kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Deddy mengatakan selama ini Ara—demikian Maruarar kerap disapa—tidak punya gelagat akan hengkang dari partai berlambang banteng moncong putih itu. Ara bahkan masih menyumbangkan kaus untuk Ganjar Pranowo dan Mahfud Md., pasangan calon presiden dan wakil presiden dari PDI Perjuangan, pekan lalu. Ara juga sudah berkali-kali menyumbangkan kaus kepada partai dan pihak Ganjar. Misalnya, ia memberikan 5.000 potong kaus ke Rumah Aspirasi Relawan Ganjar Pranowo pada Agustus lalu.
Karena itu, Deddy terkejut ketika Ara tiba-tiba mengembalikan kartu tanda anggota (KTA) kepada Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Utut Adianto di markas pusat partai pada Senin, 15 Januari lalu. Apalagi selama ini tidak ada konflik krusial antara Ara dan PDI Perjuangan. Ara juga merupakan kader tulen partai besutan Megawati Soekarnoputri tersebut. Ia adalah putra pendiri PDI Perjuangan ketika masih bernama PDI, Sabam Sirait. "Tapi, kalau memang dia sudah tidak nyaman lagi dan merasa tidak cocok, ya silakan (keluar)," ujar Deddy.
Calon Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, didampingi politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Maruarar Sirait, di Jalan Borobudur, Jakarta Pusat, 2012. Dok. TEMPO/STR/Dasril Roszandi
Ara membagikan video rekaman dirinya tengah menyerahkan kartu tanda anggota PDI Perjuangan kepada Utut di akun Instagram miliknya, @maruararsirait, Senin lalu atau pada hari yang sama ketika ia menyerahkan KTA. Ia juga mengunggah foto dirinya yang tengah duduk berhadapan dengan Presiden Joko Widodo.
Dalam unggahannya itu, Ara menulis permohonan maaf karena harus berpisah dengan PDI Perjuangan. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Megawati serta sejumlah pengurus PDIP. Ara menyebutkan satu per satu nama pengurus itu, yang sebagian besar pernah berkecimpung di Taruna Merah Putih.
Ara beralasan, ia mundur dari PDI Perjuangan dan memilih mengikuti langkah politik Jokowi. "Saya memilih bersama dengan Bapak Jokowi dalam pilihan politik saya berikutnya ke depan. Mohon doa restunya," kata Ara.
Di situ, Ara tidak menyebutkan secara gamblang sikap politik dia selanjutnya dengan mengikuti Jokowi. Namun saat ini Jokowi dan PDI Perjuangan semakin berseberangan setelah mantan Wali Kota Solo itu memberi jalan bagi anaknya, Gibran Rakabuming Raka, menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto. Jokowi juga cenderung mendukung pasangan Prabowo-Gibran ketimbang Ganjar-Mahfud. Jokowi bahkan tidak menghadiri perayaan ulang tahun PDI Perjuangan ke-51 pada 10 Januari lalu. Ia justru melawat ke negara-negara Asia Tenggara.
Dua politikus PDI Perjuangan dan seorang kolega Ara menceritakan keputusan Ara keluar dari partai. Mereka mengatakan Ara memilih hengkang dari partai berlogo banteng moncong putih itu atas permintaan Jokowi. Sebab, Ara sudah ditugasi menangani investasi dan pengembangan proyek di Ibu Kota Negara Nusantara di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
"Sebelum menyerahkan KTA, Ara lebih dulu menemui Jokowi. Foto pertemuan itulah yang diunggah Ara di akun Instagram-nya," kata kolega Ara itu, Rabu kemarin.
Kolega Ara tersebut mendapat informasi bahwa Ara mendapat tekanan sehingga memilih keluar dari PDI Perjuangan. Namun ia belum dapat memastikan tekanan itu karena belum mengklarifikasinya secara langsung kepada Ara. "Kalau dilihat mukanya saat antar KTA, kan lusuh banget. Itu bukan muka orang senang, melainkan lusuh seperti tertekan," katanya.
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri didampingi Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga PDI Perjuangan Maruarar Sirait di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, 2010. Dok. TEMPO/Aditia Noviansyah
Seorang politikus PDI Perjuangan lainnya mengatakan Ara sebenarnya sudah merasa tidak nyaman dengan partai tersebut sejak 2014. Saat itu, Ara gagal masuk Kabinet Indonesia Maju jilid 1. Padahal Jokowi sudah berencana menjadikan Ara sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika. Ia batal menjadi menteri karena tak mendapat restu Megawati.
Ara juga kembali gagal masuk kabinet pada periode kedua pemerintahan Jokowi setelah Pemilu 2019 dengan alasan serupa pada 2014. Padahal Jokowi sempat memanggil Ara ke Istana dan disebut-sebut akan menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga.
Politikus PDI Perjuangan tadi yakin Ara sudah mengkalkulasi secara politik sebelum memilih mundur dari partai. Ara adalah politikus senior dan berpengalaman di sejumlah medan politik. "Apalagi Ara keluar dari partai pemenang pemilu di tahun politik," katanya.
Ara belum menjawab permintaan konfirmasi Tempo tentang hal ini. Di akun Instagram miliknya, ia mengaku sudah berkonsultasi dengan keluarga dan teman terdekatnya di lingkup internal ataupun di luar partai dengan slogan "wong cilik" itu sebelum menyatakan hengkang. "Beberapa waktu ini, saya mengambil waktu cukup lama untuk berkontemplasi, berintrospeksi, dan berdoa, juga berkonsultasi dengan keluarga serta teman terdekat, baik di PDI Perjuangan maupun di eksternal," ujarnya.
Koordinator Staf Khusus Kepresidenan Ari Dwipayana mengatakan sikap politik Ara tersebut merupakan keputusan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan Jokowi. "Itu adalah sikap politik pribadi yang bersangkutan. Jadi jangan dihubung-hubungkan dengan Presiden," katanya.
Sekrestaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan keputusan Ara mundur dari partai bukan akibat konflik internal. Ara, kata Hasto, mundur dari PDI Perjuangan karena ingin berkonsentrasi di dunia bisnis.
"Beberapa tahun terakhir ini, Pak Ara semakin fokus di dunia bisnis. Ketika Pak Ara mengajukan pengunduran diri sebagai anggota, tentu saja kami menerima karena prinsip kesukarelaan tadi," ucapnya di Jakarta, Rabu kemarin.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan keputusan Ara hengkang dari PDI Perjuangan merupakan puncak gunung es dari hubungan yang tidak harmonis antara dia dan partai tersebut. Karena itu, keputusan politik Ara tersebut tidak memberikan efek kejut yang luar biasa. Efek kejutnya justru terjadi karena Ara menyatakan akan mengikuti langkah politik Jokowi. "Ini yang membuat heboh karena memutuskan ikut Jokowi yang sudah berpisah jalan dengan PDI Perjuangan, sehingga ini akan awet sampai kapan pun," kata Adi.
Gerbong Sayap Partai Ikut Mundur
Sebanyak 150 kader Taruna Merah Putih di Majalengka, Jawa Barat, mengembalikan seragam organisasi kepemudaan mereka sebagai bentuk dukungan terhadap Ara yang mundur dari PDI Perjuangan. Bendahara Taruna Merah Putih Dena M. Ramdan mengatakan kader organisasi di daerahnya mundur karena mempunyai sikap politik yang tegas. "Kami tidak mau dua kaki dalam berpolitik," katanya. "Kami akan menunggu arahan politik Bang Ara dan Pak Jokowi yang menjadi panutan kami."
Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Majalengka Karna Sobahi mengaku kaget menerima laporan kedatangan ratusan kader Taruna Merah Putih yang mengembalikan seragam organisasi ke Sekretariat PDI Perjuangan Majalengka, kemarin. "Saya kurang tahu maksudnya karena mereka sayap partai," ucapnya.
Meski begitu, Karna menghargai keputusan kader Taruna Merah Putih Majalengka tersebut. Menurut dia, setiap orang punya hak untuk menentukan dukungan politiknya. "Tidak bisa dipaksakan meski pada akhirnya mereka pun bakal mengikuti keputusan Ara," ujarnya.
Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Majalengka Tarsono D. Mardiana mengatakan kader Taruna Merah Putih yang mundur bukanlah pengurus organisasi. Mereka adalah rekan-rekan Dena yang memutuskan mengikuti jejak Ara. "Hingga kini Taruna Merah Putih Kabupaten Majalengka masih solid dan tetap di PDI Perjuangan," katanya.
IMAM HAMDI | ANANDA RIDHO SULISTYA | IVANSYAH