Menjaga Mutu Sejak di Kebun
Secangkir kopi panas tersaji di meja pendapa Malabar Mountain Coffee di Desa Margamulya, Pengalengan, Kabupaten Bandung. Ukuran cangkir itu tak lebih besar dari kepalan tangan balita. Kopi itu tersaji gratis bagi saya, tapi tidak bagi pelanggan Malabar Mountain Coffee. “Saya banderol Rp 21 ribu di kedai," kata Slamet Prayoga, pemilik Malabar Mountain Coffee, Selasa lalu.
Menurut Yoga—panggilan akrab Slamet Prayoga—harga itu termasuk wajar.
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini