Ponselku, Duitku
Burhan Sholihin
Remang-remang lampu kafe memeluk lelaki itu di sebuah sore berhujan dengan petir menyambar-nyambar. Di antara alunan musik yang merayap perlahan, dia mereguk cappuccino-nya hingga tetes penghabisan. Lelaki itu lalu bangkit menuju kasir dan menyodorkan telepon selulernya. Ya benar, ponsel, bukan duit dan bukan juga kartu kredit. "Kling". Laci mesin kasir terbuka, tanda pembayaran sukses.
Pemandangan seperti itu masih langka di negeri i
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini