Di bawah langit jingga senja, penyanyi Leilani Hermiasih Suyenaga terhanyut memainkan piano elektrik Roland RD700SX hitam. Oscar, begitu Leilani menamai pianonya. Di panggung yang membelakangi candi Prambanan, Lani, panggilan akrabnya, melantunkan nomor Mesin Penenun Hujan. Balada itu mendukung suasana sore yang sejuk dan syahdu, bagai rintik hujan yang meneduhkan jiwa yang gundah-gulana. Burung bercericit di antara dentingan piano itu.
“Saya senang sekali. Di sini rumput dan pohonnya indah. Candi dirawat dengan baik,” kata Lani, yang punya nama panggung Frau. Sore itu, Sabtu, 18 Juli 2020, ia salah satu dari tiga penampil yang menghibur penonton Prambanan Jazz Online. Pemusik lain adalah kelompok Langit Sore yang membuka pertunjukan dengan lima lagu. Rio Febrian menutupnya dengan lagu-lagu sendu.
Prambanan Jazz Online, yang disiarkan langsung dari Candi Prambanan, adalah bagian dari Prambanan Jazz Festival yang kali ini berbeda. Pandemi Covid-19 membuat panitia tak bisa menggelar pergelaran musik tahunan itu sepenuhnya dalam bentuk tatap muka. Waktu pergelaran yang tadi dijadwalkan berlangsung pada 3-5 Juli pun mundur menjadi 30 Oktober-1 November 2020.
Di tengah penampilannya, Frau yang mengenakan kebaya merah lawas juga mengajak penonton untuk menggalang donasi guna membantu pekerja seni di Yogyakarta yang terkena dampak pandemi. Selain Mesin Penenun Hujan, Frau sore itu membawakan deretan lagu bertema sederhana dan menyentuh, misalnya tentang cinta. Ada I’am Sir, Negentropy 5 In E Major, Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa, dan ditutup oleh lagu berjudul Arah.
Lagu-lagu sendu bertema cinta juga dilantunkan Rio Febrian. Bukan Untukku, misalnya, berkisah tentang seseorang yang patah hati dan jomblo. Ia juga membawakan Tiada Kata Berpisah, Jenuh, Hanya Hatiku yang Mampu, Ku Ada di Sini, Aku Bertahan, dan Nada Kasih. Lagu Aku Bertahan bercerita tentang seseorang yang sedang mempertahankan perasaannya.
Rio tampak sumringah dan bersemangat sore itu. Dia tampil seolah-olah menghadap penonton dan berinteraksi seperti saat konser musik langsung. Ia mengajak penontonnya bertepuk tangan dan menyanyi. “Tepuk tangannya mana? Ayo nyanyi sama-sama!” kata Rio di panggung.
Pertunjukan daring itu buat Rio menjadi obat penawar kerinduannya terhadap penonton. Rio yang sudah dua tahun pindah dari Jakarta ke Yogyakarta tak banyak keluar rumah selama masa pandemi. Buat dia, tampil membawakan lagu dengan latar Candi Prambanan dan menyapa penonton membawa energi tersendiri.
Sama halnya dengan Rio Febrian, band asal Yogyakarta, Langit Sore, juga mengatakan selama masa pandemi mereka tak pernah tampil menghibur penggemarnya. Arman Harjo dan Kakung Triatmodjo membawakan lagu bertema cinta dan kenangan. Mereka membawakan nomor seperti Muda dan Jatuh Cinta, Terpisah Jarak dan Waktu, Aku Cemburu, Senja, dan Rumit.
Ada 20 ribu orang yang menonton pertunjukan daring tersebut. CEO Rajawali Indonesia, yang juga pendiri Prambanan Jazz Festival, Anas Syahrul Alimi, mengatakan Prambanan Jazz Online menjadi pemanasan sebelum Prambanan Jazz Festival. Panitia menyiapkan teknis acara sesuai dengan protokol kesehatan dari pemerintah. “Misalnya menggabungkan konsep Prambanan Jazz secara online dan tatap muka. Jadi, nanti kami juga tawarkan live streaming,” kata Anas.
Dari sisi penonton juga hanya 50 persen dari kapasitas di area candi seperti tahun sebelumnya. Per hari maksimal 7.500 orang penonton. Hal teknis lainnya adalah pemberlakuan aturan penggunaan masker, jaga jarak, dan penggunaan kursi untuk penonton. Tentu saja semua itu berdampak pada pendapatan hasil penjualan tiket yang bisa turun hingga hingga 50 persen. Sebagian sponsor juga enggan terlibat karena khawatir muncul kluster penularan baru corona.
Untuk menutupi kekurangan biaya produksi acara, Anas menyiasatinya dengan memohon stimulus bantuan kepada pemerintah dan mendapat dukungan. Selain itu, jumlah panggung yang tadinya dua dikurangi menjadi satu. Musikus yang tampil juga dibatasi. Tahun-tahun sebelumnya ada banyak musikus internasional peraih penghargaan bergengsi yang berpentas, seperti komposer musik Yanni, diva jazz Diana Krall, hingga Boys II Men.
Sementara ini, menurut rundown di laman Prambananjazz.com, musikus yang dijadwalkan tampil Oktober nanti antara lain pianis jazz Joey Alexander, Reza Artamevia, Isyana Sarasvati, Egha de Latoya, Kunto Aji, Nadin Amiza, Ardhito Pramono, dan Yura Yunita. Awalnya, Anas merencanakan akan menghadirkan empat musikus dari Inggris dan Amerika Serikat dalam daftar pengisi Prambanan Jazz Festival. Tapi pandemi membuatnya menunda rencana ini.
SHINTA MAHARANI