Puisi Widya Mareta
China Town
I.
Pagi yang bergelombang membuatku sulit mengenali aroma jam delapan.
Kau memandu langkahku menuju bingar sebuah kawasan
seperti turis asing tersesat di barak pejuang
tanpa tahu jalan pulang.
Kau bilang, dulu di sini ada sebuah meja mahyong
terpaku dengan tanah, sempurnakan takdir lorong.
Perempuan-perempuan tua memasang taruhan hari kematiannya,
sementara angin bawakan aroma peti yang baru selesai dipahat.
&
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini