China Town
I.
Pagi yang bergelombang membuatku sulit mengenali aroma jam delapan.
Kau memandu langkahku menuju bingar sebuah kawasan
seperti turis asing tersesat di barak pejuang
tanpa tahu jalan pulang.
Kau bilang, dulu di sini ada sebuah meja mahyong
terpaku dengan tanah, sempurnakan takdir lorong.
Perempuan-perempuan tua memasang taruhan hari kematiannya,
sementara angin bawakan aroma peti yang baru selesai dipahat.
&
...Silakan berlangganan untuk membaca keseluruhan artikel ini.
Mulai dari
Rp. 58.000*/Bulan
Akses tak terbatas di situs web dan mobile Tempo
Aplikasi Tempo Media di Android dan iPhone
Podcast, video dokumenter dan newsletter
Arsip semua berita Majalah Tempo sejak terbit 1971 dan Koran Tempo sejak edisi perdana 2001
Register di sini untuk mendapatkan 5 artikel premium gratis. Jika sudah berlangganan, silakan login