Ismi Halida adalah seniman multitalenta: bermain biola, menyanyi, mencipta lagu, menggubah puisi, dan bermain teater. Tentu, dia juga seorang pemimpi.
Dia datang bersama senja. Matahari yang rebah mengirimkan sinarnya menerobos dedaunan pohon, masuk lewat jendela, dan hinggap di rambutnya yang tergerai. Di loteng berdinding dan berlantai kayu, Ismi "Mia" Halida berdiri membelakangi jendela. Panas Jakarta siang tadi masih terjebak di ruangan ini, dan dia berusaha tak mengacuhkannya. Tangan kirinya mencekik tengkuk biola dan tangan kanannya memegang lembut busurnya (bow).
Lalu, dia pun memainkan tiga lagu: Cintaku ciptaan Eros Djarot; Satu Indonesia, yang Mia ciptakan sendiri; serta sebuah lagu instrumentalia dari Jepang. Pada dua lagu pertama, dia juga bernyanyi. Suaranya empuk dan sedikit sengau. Karakter suara itu mungkin mengingatkan kita pada Titi DJ, tapi entahlah.
Bermain biola, menyanyi, dan mencipta lagu. Itu belum semua. Dia juga bermain teater dan menulis
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.