Menjadi pesakitan di hadapan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) tak serta-merta merendahkan martabat Luis Suarez di hadapan warga Uruguay. Buktinya, begitu tersiar kabar bahwa Suarez akan dipulangkan dari Brasil setelah divonis empat bulan tak boleh terlibat aktif di sepak bola, tumpah-ruahlah mereka di Bandar Udara Internasional Carrascao untuk menyambut sang idola.
Seperti dilansir salah satu media Inggris, The Telegraph, ribuan penggemar diperkirakan menyesaki bandara yang terletak 19 kilometer di luar Kota Montevideo tersebut. Mayoritas dari mereka membawa poster dan foto Suarez. Sebagian lagi mengibar-ngibarkan bendera Uruguay dan bernyanyi.
Tak jarang pula ditemukan penggemar yang membawa poster berisi protes untuk FIFA atas sanksi yang dijatuhkan terhadap Suarez. "Mereka (FIFA) memang jelas-jelas ingin Uruguay tersingkir dari Piala Dunia," kata Juan Jose Monzillo, salah seorang penggemar yang hadir ketika itu.
Kemeriahan makin besar ketika Presiden Uruguay Jose Mujica turut hadir dalam penyambutan tersebut. Malam kian semarak. Kian tegas pula status Suarez sebagai idola mereka.
Bahkan, ketika datang pengumuman yang menyebutkan pesawat yang membawa sang idola ditunda tanpa alasan jelas, penggemar tetap bertahan. Sekali lagi, mereka menunjukkan bahwa Suarez punya tempat istimewa di hati mereka.
Para penggemar itu memang seperti tak peduli terhadap label buruk yang disematkan penggemar sepak bola di belahan dunia lain kepada Suarez. Padahal gigitan ke Giorgio Chiellini lalu bukan aksi culas pertamanya.
Empat tahun lalu di Afrika Selatan, ketika Uruguay berhadapan dengan Ghana di perempat final, Suarez secara sengaja menahan bola yang sudah hampir masuk gawang dengan tangannya.
Beberapa bulan setelah itu, ia berulah dengan menggigit pemain PSV Eindhoven, Ottmann Bakkall. Suarez lalu pindah ke Liverpool, tapi aksi culasnya tak berhenti sampai di situ.
Belum genap setahun di Anfield, ia didakwa melakukan aksi rasisme terhadap pemain belakang Manchester United, Patrice Evra, dengan memanggil pemain Prancis itu dengan sebutan "Negrito". Ia kembali terlilit masalah setelah menggigit Branislav Ivanovic saat Liverpool berhadapan dengan Chelsea pada April tahun lalu. Lagi-lagi ia diberi sanksi, tapi perilakunya tak berubah.
Abigael San, seorang psikolog olahraga asal London, menyebutkan Suarez memiliki masalah emosi. "Orang-orang yang melakukan hal salah berulang kali, sedangkan ia sadar konsekuensinya, adalah sikap sangat buruk," kata San. "Menunjukkan kontrol kemarahannya sangat lemah."
Suarez pun disarankan mengikuti kelas kontrol-mengontrol perilaku. "Di sana, ia akan dibantu menggali akar masalah psikologisnya. Apakah ia pernah di-bully atau digigit saat kecil," kata Saima Latiff, psikolog lainnya.
Saran itu didukung nenek Suarez, Lila Piriz da Rosa. "Karena saya tak ingin ia dikenal karena kepribadian seperti itu," katanya. Perihal sikap buruk ini, Piriz mencoba meraba akar masalahnya. "Barangkali karena perceraian orang tuanya." Orang tua Suarez bercerai saat ia berusia 9 tahun. TELEGRAPH | GUARDIAN | BBC | ARIE FIRDAUS