RIO DE JANEIRO - Para pemain tim nasional Uruguay berbaris di pantai di depan Hotel Sehrs di Kota Natal, Kamis lalu. Satu per satu mereka memeluk penyerang Luis Suarez. Terhitung mulai hari itu, Suarez dan anggota tim La Celeste-julukan Uruguay-lain bakal menempuh jalan berbeda. Ketika tim bersiap terbang ke Rio de Janeiro untuk menantang Kolombia pada babak 16 besar, Suarez akan pulang ke Montevideo, ibu kota Uruguay.
Suarez, 27 tahun, memang tak lagi bermain dalam sisa pertandingan timnas Uruguay di Brasil. Insiden lancung saat menggigit pundak pemain belakang Italia, Giorgio Chiellini, dalam pertandingan terakhir Grup D membuat ia diganjar sanksi berlapis oleh Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).
Suarez dilarang tampil dalam sembilan pertandingan bersama timnas Uruguay-padahal Uruguay hanya menyisakan empat pertandingan jika mereka bisa melaju hingga ke final Piala Dunia-dan empat bulan tak boleh aktif dalam sepak bola.
Sanksi terdekat dan cukup menohok: akreditasi untuk menunjukkan bahwa Suarez merupakan bagian dari tim Uruguay dicabut. Artinya, ia tak boleh lagi bergabung bersama pemain lain di hotel atau sekadar duduk di tribun stadion untuk mendukung rekan-rekannya yang bermain di lapangan.
Suarez hanya akan menambah beban. Walhasil, meski tak legawa menerima sanksi terhadap Suarez, Federasi Sepak Bola Uruguay (AUF) kemudian memutuskan untuk memulangkan sang pemain ke Montevideo. Meski begitu, kekecewaan tetap tak bisa hilang dari tim Uruguay. "Kami ingin dunia yang lebih adil, tapi ternyata keadilan itu tak ada," kata kapten tim Uruguay, Diego Lugano.
Kehilangan Suarez menjadi pukulan telak bagi Uruguay, yang akan melawan Kolombia di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, dinihari nanti. Ia adalah ujung tombak andalan pelatih Oscar Tabarez. Pemain Liverpool itu juga merupakan pencetak gol terbanyak di tim Uruguay sepanjang sejarah.
Ketika Suarez tak hadir di lapangan, ketajaman jawara Copa America 2011 itu pun berkurang. Hal itu terlihat dalam pertandingan pertama fase grup, saat Uruguay kalah 1-3 oleh Kosta Rika. Ketika itu, Suarez absen karena masih dalam proses pemulihan setelah menjalani operasi lutut.
Dalam laga itu, Uruguay hanya bisa melakukan enam tembakan percobaan ke gawang Kosta Rika. Bandingkan ketika Suarez kembali bermain saat Uruguay mengalahkan Inggris 2-1. Tembakan ke gawang lawan pun meningkat menjadi sembilan percobaan.
Beban Uruguay akan kian besar karena lawan mereka kali ini terlihat dominan selama fase grup. Meski kehilangan penyerang utama Radamel Falcao, ketajaman Los Cofeteros-julukan Kolombia-terbukti tak menurun. Mereka memuncaki Grup C setelah selalu meraih kemenangan dalam tiga pertandingan dan menjadi tim paling produktif kedua di fase grup Piala Dunia.
"Para pemain lain merespons kehilangan Falcao dengan positif. Mereka membuktikan diri punya karakter kuat," kata pelatih Kolombia, Jose Pekerman.
Hal sama dikatakan penyerang Jackson Martinez. "Ia (Falcao) memang memberikan banyak hal bagi tim. Tapi kami sadar bahwa hidup harus terus berjalan,"
Uruguay tampaknya harus mencontoh sikap anggota tim Kolombia. Mereka harus segera melupakan Suarez dan memastikan diri bisa tetap berdiri tanpa pemain itu. Jika tidak, mereka harus segera menyusul sang bintang pulang ke Montevideo. FIFA | GUARDIAN | AP