Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PYONGYANG - Spekulasi tentang pergantian kepemimpinan di Korea Utara terus beredar menyusul rumor mengenai kondisi kesehatan Kim Jong-un yang memburuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Analis di Institut Sejong, Korea Selatan, Cheong Seong-chang, kemarin, mengatakan sebagai sebuah negara penganut dinasti, Korea Utara hanya memberi hak untuk memerintah kepada anggota keluarga langsung. Hal ini disebut sebagai paektu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal itu membuat adik perempuan Kim Jong-un, Kim Yo-jong, menjadi kandidat terkuat yang paling mungkin meneruskan kekuasaan jika sang kakak tidak mampu memimpin Korut karena sakit atau meninggal.
"Di antara elite kekuasaan Korea Utara, Kim Yo-jong memiliki peluang tertinggi untuk mewarisi kekuasaan, dan saya pikir kemungkinan itu lebih dari 90 persen," kata Cheong.
Kim Yo-jong selama ini dikenal paling menonjol di antara para pejabat pemerintahan Korea Utara, bahkan ia mendampingi Kim Jong-un dalam pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Namun, fakta bahwa masyarakat Korea Utara sangat patriarkal telah membuat beberapa orang bertanya-tanya apakah Kim Yo-jong hanya akan berfungsi sebagai tokoh sementara. Ia diyakini kemudian akan digantikan oleh kepemimpinan kolektif yang sama dengan yang didirikan setelah kematian diktator Komunis lainnya.
"Politik Korea Utara dan tiga transfer kekuasaan turun-temurun berpusat pada laki-laki. Saya bertanya-tanya apakah dia benar-benar dapat mengatasi perebutan kekuasaan sosialis berdarah dan menggunakan kekuatannya," kata Nam Sung-wook, seorang profesor di Universitas Korea di Korea Selatan. NZ HERALD | SITA PLANASARI AQUADINI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo