Mendorong Twitter Memicu Aktivisme
Ahmad Sahidah,
DOSEN FILSAFAT DAN ETIKA UNIVERSITAS UTARA MALAYSIA
Kalimat-kalimat pendek dalam Twitter hakikatnya seperti sumbu pendek mercon. Ia dengan mudah meledak di kepala pembacanya. Bayangkan, sebuah kalimat atau dua kalimat memaksa pengicau untuk menyampaikan pesan dengan jelas, ringkas, dan bernas dalam 140 karakter. Tidak semua orang mampu melakukannya. Sebagian malah memanfaatkan keringkasan susunan bahasa Inggris untuk meluahkan gagasan agar tidak disalahpahami. Kalau penggunaan bahasa asing dimanfaatkan sepenuhnya, tentu pengikut (follower) bisa belajar isi dan bahasa sekaligus. Namun apabila campur-aduk, ia tak lebih dari kegenitan pengicaunya.
Ahmad Sahidah,
DOSEN FILSAFAT DAN ETIKA UNIVERSITAS UTARA MALAYSIA
Kalimat-kalimat pendek dalam Twitter hakikatnya seperti sumbu pendek mercon. Ia dengan mudah meledak di kepala pembacanya. Bayangkan, sebuah kalimat atau dua kalimat memaksa pengicau untuk menyampaikan pesan dengan jelas, ringkas, dan bernas dalam 140 karakter. Tidak semua orang mampu melakukannya. Sebagian malah memanfaatkan keringkasan susunan bahasa Inggris untuk meluahkan gaga
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini